REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tahun ini berdasarkan informasi dari Badan Metereologi, Klematologi dan Geofisika (BMKG) Arab Saudi memprediksi cuaca pada puncak musim haji akan mencapai 52 hingga 54 derajat celcius.
''Dengan kondisi cuaca tersebut, kami menganjurkan para calon jamaah haji mempersiapkan diri untuk tidak terlalu sering berada di luar pemondokan,'' kata Muhammad Hafidz, pembimbing ibadah haji Maktour kepada Republika, di Jakarta, Rabu (29/7).
Kalau pun jamaah melaksanakan ibadah seperti shalat dan ibadah sunnah lainnya di Masjidil Haram atau di Masjid Nabawi, kata Hafidz, hendaknya para jamaah haji berada di dalam masjid dan jangan di pelataran.
Hafidz juga mengingatkan para jamaah jangan sering keluar pemondokan untuk melakukan hal-hal yang tidak ada kaitan langsung dengan ibadah haji, teermasuk belanja, jalan-jalan atau naik gunung yang menyita tenaga dan waktu.
Pembimbing yang telah bertugas di Maktour lebih dari lima tahun ini mengingatkan para calon jamaah haji yang berangkat tahun ini agar senantiasa bila keluar pemondokan untuk membawa payung maupun handuk basah serta membawa botol air mineral.
''Para calon jamaah haji diingatkan untuk sering meminum air mineral, sehingga tubuh mereka tidak kekurangan air atau terjadi dehidrasi,'' jelas alumnus UIn Syarif Hidayatullah Jakarta ini menjelaskan.
Untuk menjaga kesehatan dan kebugaran tubuh dalam cuaca panas tinggi, Hafidz menganjurkan para calon jamaah haji untuk sering mengonsumsi buah-buahan yang mengangung vitamin C tinggi serta tidak lupa membawa suplemen dari Tanah Air.
Secara khsusus, ketika para calon jamaah haji melaksanakan ibadah wukuf di Arafah memperbanyak konsumsi air mineral. ''Dari catatan pelaksanaan haji tahun ke tahun, angka kematian jamaah akibat dehidrasi. Karena itu, perbanyak minum air,'' jelas Hafidz menambahkan.