REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Persiapan dalam melakukan perjalanan ibadah spiritual terutama haji memang penting.
Namun, banyak persiapan yang dilakukan oleh para calon jamaah dapat menimbulkan kerepotan sehingga mengganggu konsentrasi selama beribadah. Contohnya, barang bawaan yang dibawa jamaah khususnya pakaian.
“Jangan terlalu berlebihan membawa perlengkapan. Bawalah perlengakapan yang sesuai dengan kebutuhan beribadah,” papar Pimpinan Dakwah Kreatif (iHaqi) Ustadz Erick Yusuf, saat dihubungi Republika, Kamis (20/8).
Perlengkapan yang dibawa saat berhaji, ujarnya, haruslah mengutamakan barang-barang yang menunjang untuk ibadah. Seperti pakaian dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu perlengkapan ibadah dan perlengkapan sehari-hari.
Demi menjaga kenyamanan saat beribadah, Ustaz Erick menyerankan agar para jamaah tidak terlalu membawa banyak pakaian ganti.
Untuk perlengkapan ibadah seperti Alquran, sajadah, sabuk ihram, tasbih serta buku kumpulan doa-doa sudah disediakan oleh pihak penyelenggara haji.
Bagi jamaah pria, Ustaz Erick menyarankan, cukup membawa empat potong pakaian ganti untuk 20-40 hari selama di tanah suci. Pakaian ganti bisa berupa kemeja atau koko. Sedangkan bagi jamaah perempuan cukup membawa enam potong pakaian ganti.
Ustaz Erick mengatakan, calon jamaah haji tidak perlu khawatir apabila kehabisan stok pakaian karena di Tanah Suci bisa mencuci pakaian sendiri atau memakai jasa laundry. Apalagi, cuaca disana cukup panas sehingga membuat pakaian cepat kering.
Senada dengan Ustadz Erick, Ketua Rabithah Haji Haji Indonesia, Ade Marfuddin, menyampaikan persiapan yang paling penting dalam melakukan perjalanan ibadah haji bukanlah pada aspek pakaian.
Menurutnya, banyak calon jamaah yang membawa pakaian terlalu banyak padahal di Tanah Suci nantinya tidak terlalu banyak dipakai.
“Kalaupun pakaian jamaah yang dibawa dari Tanah Air dirasa kurang, sangat mudah untuk mendapatkan pakaian-pakaian ganti di Makkah ataupun Madinah dengan model yang beragam dan harga yang terjangkau,” kata Ade.