Jumat 21 Aug 2015 09:39 WIB

Rokhmin Dahuri: Jangan Sombong (bag-2 habis)

Prof Dr Rokhmin Dahuri dan istri
Foto: foto: damanhurizuhri/republika
Prof Dr Rokhmin Dahuri dan istri

REPUBLIKA.CO.ID, Hingga saat ini, Prof Dr Ir Rokhmin Dahuri MS sudah dua kali menunaikan ibadah haji dan enam kali umrah. “Pengalaman yang paling berkesan saat saya pertama kali menunaikan ibadah haji tahun 1994,” kata Guru Besar Manajemen Pembangunan Pesisir dan Lautan-IPB Bogor itu saat berbincang dengan Republika, Senin (18/8).

Salah satu kenangan yang selalu diingat oleh Rokhmin dari pengalaman haji pertama kali adalah tidak boleh sombong di Tanah Suci. Ayah empat putrid itu  menceritakan, ada salah seorang jamaah yang menyombongkan diri, tidak mau berusaha mencium hajar aswad – walaupun mencium hajar aswad merupakan hal yang disunnahkan.

“Untuk apa mencium hajar aswad? Dia ‘kan  cuma sebuah batu?” ujarnya dengan nada sombong seperti ditirukan Rokhmin.

Ternyata kesombonannya itu langsung dibalas oleh Allah SWT. “Pulang dari Masjidil Haram, di tempat penginapan, dia berkali-kali menciumi toilet. Setelah dia sadar dan beristighfar, baru dia berhenti menciumi toilet tersebut. Subhanallah. Ternyata kalau berada di Tanah Suci, kita memang tidak boleh sombong,” kata Rokhmin  yang juga Ketua DPP PDI Perjuangan Bidang Maritim dan Perikanan.

Siapapun yang sudah berhaji, kata Rokhmin, niscaya bisa merasakan atmosfer yang berbeda manakala shalat di Masjidil Haram (Mekkah) dan Masjid Nabawi (Madinah). Di Masjidil Haram, orang harus berebutan dan datang secepat mungkin agar mendapatkan  barisan yang di depan.

Sedangkan di Masjid Nabawi, kata Rokhmin, suasananya jauh berbeda. Atmosfirnya hangat dan tenang. Para jamaah semuanya kalem, tidak berebutan, tidak berdesak-desakan.

“Kalau kita perhatikan filosofinya, ternyata memang hal tersebut wajar saja. Nabi mengatakan, siapa yang shalat di Masjidil Haram akan dibalas 100 ribu kali lipat, sedangkan yang shalat di Masjid Nabawi dibalas 1.000 kali lipat. Jadi, wajar saja kalau untuk mendapatkan yang 100 ribu kali lipat kita harus mengeluarkan effort  yang lebih  besar,” papar Ketua Masyarakat Akuakultur Indonesia (MAI) itu.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement