REPUBLIKA.CO.ID,MADINAH -- Kepala Seksi Bimbingan Ibadah dan Pengawasan Kelompok Bimbingan Daker Bandara Jeddah-Madinah Wahyu Dewarini mencermati bahwa jamaah calon haji masih kurang informasi tentang miqat maupun tata cara memakai ihram.
“Kalau jamaah kesulitan memakainya, kita juga akan bantu. Kalau laki-laki setelah memakai ihram semua atribut yang biasa dipakai harus dilepas karena kadang-kadang masih ada yang memakai peci,” ujar wanita yang akrab disapa disapa Rini, Ahad (6/9).
Saat tiba di lokasi miqat, memang masih ada jamaah yang memakai kain ihram tidak di lokasi yang telah ditentukan. Mereka memakainya di ruangan terbuka tempat beristirahat semua jamaah. Padahal, seharusnya laki-laki memakai ihram di tempat khusus yang tertutup.
Demikian pula jamaah perempuan yang lokasinya dibedakan. Beruntung, petugas yang melihat hal itu langsung mengarahkan mereka untuk ke ruang ganti yang tertutup.
Rini menambahkan, khusus bagi jamaah haji perempuan yang sedang menstruasi, maka tetap harus ganti baju putih dan niat ihram saat berada di Plasa Indonesia. Alasannya, miqat kelompok penerbangan (kloter) jamaah yang mendarat di Jeddah dilakukan di bandara.
“Jamaah perempuan yang baru menstruasi harus tetap menjaga baju putih ihramnya selama di pemondokan (hotel), tetap harus menjaga aurat, termasuk memakai kaus kaki,” ujar Rini.
Di hotel, jamaah juga disarankan untuk berzikir dan berdoa. Setelah selesai menstruasi, barulah jamaah itu mandi dan keramas, kemudian memakai baju putih ihram lagi dan melakukan niat umrah.
Selanjutnya, barulah mereka melakukan umrah yang nanti dikoordinasikan dan dibantu oleh ketua kloter dan pembimbing ibadah haji.