Selasa 08 Sep 2015 15:28 WIB

Tukang Potong Rumput Akhirnya Naik Haji

Rep: Bowo Pribadi/ Red: Indah Wulandari
Seorang calon haji menunjukkan gelang identitas sebagai penanda di Asrama Haji Embarkasi Medan, Sumatera Utara, Jumat (28/8).
Foto: Antara/Septianda Perdana
Seorang calon haji menunjukkan gelang identitas sebagai penanda di Asrama Haji Embarkasi Medan, Sumatera Utara, Jumat (28/8).

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Mimpi Paiman (70), warga kampung Rejosari, Kelurahan Meteseh, Kecamatan Tembalang, Kota Semarang tak lama lagi bakal terwujud.

 

Keinginan tukang potong rumput ini untuk menjadi tamu Allah pada penyelenggaraan ibadah haji tahun ini, tinggal menunggu hitungan hari.

 

Ia tercatat sebagai salah satu jamaah haji kloter 64 asal Kota Semarang yang akan berangkat menuju embarkasi haji Donohudan, Boyolali, Ahad (13/9) dini hari mendatang.

 

Ketekunan dan niat kakek enam cucu dan satu buyut ini tak sekedar menorehkan kebanggaan bagi keluarganya, yang hidup begitu sederhana. Namun, juga bagi warga Perum Bukit Kencana Jaya (BKJ), yang selama ini jamak menggunakan jasa dan tenaganya.

 

Baik sebagai jasa pembersih rumput, penjaga kebersihan mushala al Furqon serta muazim di masjid Baitul Muttaqin, di kompleks perumahan ini.

 

Ditemui di rumahnya yang cukup sederhana, di lingkungan RT 04/ RW 10, Paiman tak henti- hentinya bersyukur atas kesempatan menunajikan ibadah haji tahun ini.

 

Selain karena ridho Allah SWT, ini juga buah ketekunannya dalam  menyisihkan sebagian penghasilan yang didapatnya selama 15 tahun terakhir.

 

“Di luar potong rumput dan bersih- bersih pekarangan, saya ini juga bekerja serabutan. Yang penting rezeki itu halal,” ujarnya, Selasa (8/9).

 

Tak jarang --karena jamak diminta jasanya untuk bersih- bersih rumah warga perumahan—ia pun bisa memperoleh kardus dan kerta bekas yang tak terpakai untuk dijual.

 

Jika ada waktu luang, ia pun rajin menggarap lahan kosong di samping kompleks pemukiman BKJ, untuk ditanami aneka palawija.

 

Bahkan ia tetap akan menggarap lahan tersebut, hingga menjelang keberangkatannya menunaikan ibadah haji.

 

Sebab jika tidak mengayunkan cangkul, badan justru berasa semakin malas. “Hitung- hitung juga sekaligus menyiapkan fisik,” tegas Paiman.

 

Ia juga mengaku, biaya berhaji –Rp 25 juta pembayaran awal dan Rp 11,5 juta pelunasan-- ini merupakan murni hasil jerih payahnya selama ini tanpa bantuan orang lain.

 

Uang yang terkumpul tersebut disisihkannya dari sebagian kebutuhan sehari- hari. Ia mencontohkan, jika sehari dapat uang Rp 25 ribu, ia sisihkan Rp 15 ribu untuk biaya berhaji.

 

Bahkan jika mendapatkan rejeki lebih, iapun akan menyisihkan uang untuk berhaji lebih besar. “Alhamdulillah, berkat restu dari Allah, niat saya pun dikabulkan,” tegasnya.

 

Setelah dipastikan berangkat ke Tanah Suci, keinginan Paiman pun cukup sederhana. Ia ingin ridho Allah SWT melengkapi niatnya dalam berhaji nanti. Sehingga ibadah haji yang dilaksanakannya dapat berjalan lancar hingga dapat berkumpul kembali dengan keluarganya di rumah.

“Lillahi ta’alla, semua saya serahkan kepada Allah,” tegasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement