REPUBLIKA.CO.ID, MAKKAH -- Pemerintah Arab Saudi menjanjikan tambahan 10 ribu kuota haji untuk Indonesia pada penyelenggaraan haji tahun depan. Lalu, berapa jumlah kuota jamaah haji untuk Indonesia tahun depan?
Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kementerian Agama Abdul Djamil mengatakan, jumlah kuota pada penyelenggaraan haji tahun depan menunggu Taklimatul Hajj. "Kalau angka itu kita harus tunggu MoU dengan kementerian haji," kata dia, Ahad (13/9) seperti dilaporkan wartawan Republika, Ratna Puspita.
Penandatangan nota kesepahaman atau MoU atau Taklimatul Hajja dilakukan tiga sampai empat bulan setelah penyelenggaraan haji. Tahun ini, Taklimatul Hajj diselenggarakan pada April 2015.
Djamil menerangkan, pada penyelenggaraan Taklimatul Hajj, Kementerian Haji Arab Saudi mengundang setiap negara pengirim jamaah haji atau misi haji ke Arab Saudi. Dalam Taklimatul Hajj, ada pembahasan berbagai persoalan penyelenggaraan ibadah haji. "Bukan soal kuota saja, tapi juga berbagai masalah haji," kata dia.
Tahun ini, Indonesia mendapatkan kuota 168.800 jamaah yang terdiri dari 155.200 jamaah haji reguler dan 13.500 jamaah haji khusus. Namun, kuota tersebut bukan kuota normal karena ada pemotongan 20 persen terkait proyek perluasan Masjidil Haram di Makkah, Arab Saudi.
Kuota normal untuk Indonesia, yaitu 211.000 jamaah. Pada kunjungan Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin ke Arab Saudi pada Ramadhan lalu, Kementerian Haji Arab Saudi sempat menjanjikan kuota akan kembali normal tahun depan.
Proyek perluasan Masjidil Haram memang akan rampung akhir tahun depan. Namun, diperkirakan seluruh area ibadah di masjid terbesar di dunia sudah dapat digunakan oleh jamaah.
Selain belum diketahui berapa jumlah kuota untuk Indonesia tahun depan, tidak diketahui apakah komitmen Pemerintah Arab Saudi dicantumkan tertulis atau tidak. "Saya tidak tahu apakah komitmen itu tertulis atau tidak," kata Djamil.
Kendati demikian, Djamil mengatakan Presiden Joko Widodo tetap harus diapreasiasi karena berhasil mendapatkan komitmen peningkatan kuota haji tahun depan. Komitmen tersebut merupakan kejutan karena tidak ada negara yang mendapatkan tambahan kuota pada penyelenggaran tahun depan.
"Itu bagian dari prestasi oleh presiden di dalam lawatannya ke sini yang kemudian antara lain ada tambahan kuota 10.000 untuk yang akan datang," kata dia.
Djamil enggan mengaitkan penambahan kuota ini dengan peristiwa mobile crane terjungkal di Masjidil Haram. Menurut dia, Indonesia tergolong misi haji dalam kaitan penataan administrasi. Indonesia merupakan dengan kuota yang besar, namun dapat mengintegrasikan dengan sistem haji elektronik (e-hajj).
Dia juga tidak sepakat bahwa penambahan kuota untuk penyelenggaraan tahun depan terkait dengan tawaran penambahan kuota beberapa hari yang lalu. "Saya rasa tidak. Itu kan disampaikan pada pertemuan formal," ujar dia.