Senin 14 Sep 2015 18:25 WIB

Tertangkap Askar (1)

Haji
Haji

Oleh: EH Ismal, Wartawan Republika

 

REPUBLIKA.CO.ID, MAKKAH -- Di sela bertugas di Jeddah, tim Media Center Haji (MCH) Daerah Kerja Bandara Jeddah-Madinah menyempatkan diri berkunjung ke Makkah. Selain untuk keperluan reportase, saya dan kawan-kawan (Wawan Isab Rubiyanto, Sunu Hastoro, Wusana Bayu Pamungkas, dan Bambang Rakhmanto) sepakat untuk melaksanakan umrah sunah.

“Sekaligus sekalian jalan, kita umrah saja,” kata Wawan. Saya dan kawan-kawan lain pun setuju.

Berangkat dari Jeddah selepas Maghrib, kami ditemani pengemudi mukimin Jeddah, Abdul Cholid Tambang. Pak Cholid, begitu kami biasa menyapanya, tampak sedikit lelah hari itu. Saya yang terus mengajaknya berbincang selama perjalanan Jeddah-Makkah sangat jelas mengetahui kelelahannya. Sesekali dia menguap sambil mengucap istighfar.

Mengingat kecelakaan yang menimpa salah satu pengemudi tim MCH tahun lalu, saya menyarankan Pak Cholid agar bertistirahat terlebih dahulu dan tidak melanjutkan perjalanan ke Makkah. Dua kali kami beristirahat di tempat peristirahatan.

Tiba di Masjidil Haram, sudah hampir tengah malam. Kami berlima diturunkan di jalan lorong bawah masjid yang terkoneksi ke dekat pintu masuk gerbang King Fahd. Kami langsung naik dan tiba di depan toilet nomor 5. Setelah berwudhu, kami memutuskan untuk langsung umrah.

Saat itu, waktu tepat menunjukkan pukul 12.00 malam. Suasana Masjidil Haram yang sangat ramai membuat naluri jurnalis kami bekerja. Semua serempak mengeluarkan telepon genggam untuk mengabadikan gambar suasana masjid malam itu.

Bayu langsung mengeluarkan handy cam-nya. Melihat itu, saya langsung melarang. “Yu, lebih baik pakai handphone saja, biar aman. Daripada nanti kena kasus ama askar,” saran saya.

Bayu pun memasukkan handy cam-nya ke dalam tas. Saran saya bukan tanpa alasan. Saat pertama kali tiba di Makkah dan melakukan umrah quddum, saya sempat dikejar askar gara-gara mengambil foto di depan kabah. Beruntung saat itu saya bisa lari menghindar dari kejaran askar.

Setelah jepret sana jepret sini, kami pun memulai prosesi umrah. Sebelum shalat sunah dua rakaat di area yang lurus dengan maqam Ibrahim, kami sepakat berkumpul di tiang dekat pintu masuk masa’a (tempat sai). “Nanti kalau terpisah, setelah tawaf semua kumpul di sini. Baru kita sai bareng-bareng,” pinta saya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement