Jumat 18 Sep 2015 05:01 WIB

Pemerintah Pastikan Santunan Raja Salman untuk Korban Crane

Rep: Ratna Puspita/ Red: Indira Rezkisari
Raja Salman meninjau lokasi jatuhnya crane di Masjidil Haram, Makkah, Sabtu (12/9).   (Reuters/Bandar al-Jaloud/Saudi Royal Court)
Raja Salman meninjau lokasi jatuhnya crane di Masjidil Haram, Makkah, Sabtu (12/9). (Reuters/Bandar al-Jaloud/Saudi Royal Court)

REPUBLIKA.CO.ID, MAKKAH -- Pemerintah Indonesia memastikan korban derek atau mobile crane terjungkal di Masjidil Haram, Makkah, bakal menerima santunan dari Kerajaan Arab Saudi. Pemerintah Indonesia sedang mengidentifikasi secara lengkap jamaah haji asal Indonesia yang menjadi korban.

Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengatakan pemerintah melalui Kementerian Luar Negeri dan Kementerian Agama telah mendapatkan konfirmasi dari Dewan Malaki Kerajaan Arab Saudi mengenai besaran santunan itu. "Raja Salman sebagai Khadim al Haramain (pelayan dua tanah suci) memerintahkan agar keluarga korban jiwa dan korban luka mendapatkan santunan," kata dia, Kamis (17/9). 

Bantuan yang terkonfirmasi, yaitu jumlah santunan yang akan diterima oleh ahli waris korban jiwa dan korban luka. Ahli waris korban jiwa akan mendapatkan 1 juta riyal (setara Rp 3,8 miliar). Korban luka yang menyebabkan cacat fisik juga akan mendapatkan 1 juta riyal. "Korban lainnya 500 ribu riyal (setara Rp 1,9 miliar)," kata Lukman. 

Kendati demikian, Lukman menyatakan, pemerintah belum dapat memastikan bantuan bentuk lain. Misalnya, ahli waris keluarga korban akan diundang berhaji pada penyelenggaraan tahun depan. Begitu pula dengan korban yang terhalang ibadah hajinya tahun ini. 

"Sejauh ini yang bisa dikonfirmasi melalui kantor perwakilan sebagaimana yang saya sebutkan," ujar Lukman.

Angin kencang menyebabkan derek terjungkal di pelataran bagian timur Masjidil Haram, Makkah, pada Jumat (11/9) malam. Akibatnya, 107 jamaah yang sedang beribadah meninggal dunia. Termasuk 11 jamaah asal Indonesia. 

Sebanyak 42 jamaah Indonesia juga mengalami luka sehingga harus mendapatkan perawatan di rumah sakit. Lukman menuturkan, 19 jamaah masih menjalani perawatan karena membutuhkan perawatan intensif. "Alhamdulilllah, 23 lainnya sudah kembali ke pemondokan," ujar dia. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement