Sabtu 19 Sep 2015 08:00 WIB

Ketakjuban KH Didin Hafidhuddin Saat Berhaji Perdana

Rep: c 35/ Red: Indah Wulandari
KH Didin Hafidhuddin
Foto: ROL/Sadly Rachman
KH Didin Hafidhuddin

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Mendapatkan pengalaman berhaji ketika masih menjadi mahasiswa merupakan pengalaman yang tak terlupakan bagi Guru Besar Institut Pertanian Bogor KH Didin Hafidhuddin.

Mantan Ketua Umum Badan Zakat Nasional (BAZNAS) ini diperlihatkan oleh Allah SWT sosok-sosok lugu nan sederhana yang benar-benar ingin berhaji.

Saat itu, tahun 1974, ketika dia masih menjadi mahasiswa S1 UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta dia ditunjuk menjadi salah satu petugas haji.

Pada saat itu pula, dia melihat para jamaah calon haji yang sudah lanjut usia dan rata-rata berasal dari desa. Mereka itulah yang dia anggap benar-benar memiliki keinginan kuat untuk berhaji.

"Jamaah haji pada zaman itu kebanyakan sudah tua-tua, dan kebanyakan berasal dari pelosok desa. Bukan seperti sekarang yang sudah banyak jamaah haji yang masih muda dan banyak kaum intelektual dari perkotaan. Mereka mengumpulkan uang sedikit demi sedikit untuk berangkat berhaji, yang menandakan keseriusan mereka untuk memenuhi panggilan Allah SWT," tuturnya, Jumat (18/9).

Oleh karena itulah dia menyebutkan bahwa pantas jika para jamaah haji yang dengan tulus dan keinginan kuat untuk berhaji tersebut ketika pulang menjadi agen perubahan. Yaitu, agen perubahan untuk membentuk masyarakat yang lebih baik dan juga kejamaahannya.

Selain itu dia juga mengungkapkan ketakjubannya terhadap Kakbah yang baru pertama kali dia temui ketika haji pertamanya tersebut.

Maklum, menurut dia, pada masa itu belum banyak alat komunikasi seperti saat ini yang sudah menayangkan gambar Kakbah secara luas. Dia mengaku, air matanya leleh begitu saja ketika pertama kali melihat bangunan suci tersebut.

Ketakjubannya bertambah hebat ketika dia memasuki Masjidil Haram dan Masjid Nabawi. Ditambah lagi ketika melakukan thawaf, baginya tidak ada yang mau melakukan thawaf berpanas-panasan jika tidak karena kecintaannya terhadap Allah SWT.

"Jika tidak ada panggilan iman, maka tidak mungkin mereka mau berpanas-panasan dan berdesak-desakan untuk melakukan thawaf. Inilah kesyahduannya dalam melakukan prosesi ibadah haji," tambahnya.

Maka, Didin berpesan kepada seluruh calon jamaah haji agar tetap menikmati kesyahduan dalam beribadah haji di Tanah Suci, meskipun kini sudah banyak fasilitas modern nan canggih yang terkadang melenakan fokus ibadah di Tanah Suci.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement