REPUBLIKA.CO.ID, MAKKAH -- Pemerintah bertanggung jawab membadalhajikan jamaah yang meninggal, sakit parah dan kehilangan kesadaran. Musibah mobile crane terjungkal di Masjidil Haram membuat Panitia Penyeleggara Ibadah Haji Indonesia (PPIH) Arab Saudi mengantisipasi jumlah badal haji akan lebih banyak dibandingkan perkiraan.
Kepala Bidang Bimbingan Ibadah dan Pengawasan Kelompok Bimbingan Ibadah (KBIH) Ali Rokhmad mengatakan Pemerintah mengalokasikan dana badal haji untuk 150 jamaah. "Kami anggarkan untuk 150 jamaah, tapi mungkin karena crane bertambah," kata dia, Sabtu (19/9).
Ali menyatakan keputusan direktur jenderal terkait badal haji tahun ini memungkinkan penambahan jumlah jamaah yang akan dibadalhaji. "Dimungkinkan untuk melakukan revisi anggaran," kata dia.
PPIH Arab Saudi sudah menetapkan tiga kriteria jamaah yang akan dibadalhaji, yaitu jamaah yang meninggal dunia baik di embarkasi maupun di tanah suci, jamaah yang sakit parah sehingga harus ditopang alat-alat kesehatan, dan jamaah yang kehilangan kesadaran atau gila.
Jumlah jamaah haji yang meninggal menjelang prosesi wukuf terus bertambah. Hingga Sabtu (19/9) pukul 09.00 waktu Arab Saudi atau , jumlah jamaah yang meninggal dunia di dua kota suci mencapai 108 orang, termasuk 11 jamaah yang wafat karena mobile crane terjungkal di Masjidil Haram.
Jumlah tersebut belum termasuk jamaah yang meninggal di embarkasi, sakit parah sehingga harus ditopang alat-alat kesehatan, dan jamaah yang kehilangan kesadaran. "Jamaah yang datang ke Arab Saudi harus dihajikan. Mereka yang meninggal dibadalhajikan," kata Ali.
Hingga saat ini, PPIH Arab Saudi sedang merampungkan proses seleksi petugas badal haji. Ali menyebutkan, seleksi untuk memengetahui kemampuan dan komitmen mereka melakukan badal haji. "Tidak sekadar melaksanakan, tapi amar dan tanggung jawabnya," kata dia.