REPUBLIKA.CO.ID,MAKKAH -- Jumlah jamaah yang dibadalhaji melonjak. Pemerintah menganggarkan jumlah badal haji sebanyak 150 jamaah. Namun, hingga Selasa (22/9) siang, jumlah jamaah yang harus dibadalhajikan mencapai 222 orang.
"Jumlah itu masih akan diperbaharuhi besok (Rabu, 23/9) siang sebelum Dzuhur," kata Kepala Daker Makkah Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi Arsyad Hidayat, Selasa (22/9).
Arsyad mengatakan, sudah mengantisipasi lonjakan jumlah jamaah yang harus dibadalhajikan dengan mengajukan revisi anggaran ke Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi. "Kami sudah ajukan," kata dia.
Kepala Bidang Bimbingan Ibadah dan Pengawasan KBIH PPIH Arab Saudi Ali Rokhmad menyatakan pengajuan revisi anggaran juga sudah disetujui. Dia menambahkan, jamaah yang dibadalhajikan terdiri dari mereka yang wafat, sakit parah, dan kehilangan kesadaran.
"Yang wafat baik di embarkasi maupun di Tanah Suci," kata dia.
Ali memerinci 14 jamaah wafat di embarkasi Tanah Air, 120 jamaah yang wafat di Arab Saudi, 71 jamaah yang dirawat di ICU Rumah Sakit Arab Saudi, dan enam jamaah yang dirawat di ICU Balai Pengobatan Haji Indonesia (BPHI). "11 jamaah yang dirawat di psikiatri BPHI karena mengalami gangguan jiwa," kata dia.
Menurut Arsyad, lonjakan jumlah jamaah haji yang harus dibadalhajikan tahun ini karena adanya peristiwa mobile crane di Masjidil Haram pada 11 September 2015. Kejadian itu menyebabkan 11 jamaah haji asal Indonesia meninggal dunia.
Ali menyatakan, lonjakan jumlah jamaah yang harus dibadalhajikan bukan hanya dari anggaran yang disediakan pemerintah, namun juga dibandingkan data tahun lalu. Pada 2013, jumlah jamaah yang dibadalhajikan sebanyak 156 orang dan sebanyak 202 pada 2014.
Ali menyatakan, lonjakan juga disebabkan adanya tren usia jamaah Indonesia yang semakin tua sehingga angka jamaah berisiko tinggi juga meningkat.
"Jangan sampai jamaah haji Indonesia yang memilih Tamattu' justru tidak bisa melakukan umrah karena sakit setibanya di Arab Saudi," kata Ali.
Ali juga memandang perlunya data awal pemeriksaan kondisi kesehatan jamaah haji Indonesia pada tahun-tahun yang akan datang. "Itu nantinya dikaitkan dengan istita'ah kesehatan," kata dia.