REPUBLIKA.CO.ID,SERANG -- Pelaksanaan ibadah haji ternyata memiliki makna dan faedah menghapus diskriminasi, penyucian hati, dan lambang kesederhanaan hidup yang ditampakkan melalui pakaian ihram.
"Dalam ibadah haji semua umat Muslim datang dengan niat dan notifikasi yang sama. Baik pejabat atau rakyat biasa atau pengusaha kaya dan si miskin datang dengan pakaian dan ucapan yang sama," kata KH Rasna Dahlan, Kamis (24/9).
Ia mengatakan, di saat sebagian besar umat Muslim di belahan dunia melaksanakan shalat Idul Adha, umat Muslim yang lain tengah melaksanakan rangkaian ibadah haji mulai dai wukuf di Arafah, bermalam di Muzdalifah sampai melontar jumrah di Mina.
"Puncak ibadah haji adalah wukuf di Arafah. Hanya satu fokus dalam melaksanakan ibadah haji, yakni mengesakan Allah SWT," kata Rasna Dahlan.
Ia mengatakan, harta dan pangkat serta kedudukan seseorang sering menjadi jarak antara sesama. Namun dalam pelaksanaan ibadah haji tidak ada perbedaan antara sesama manusia karena mengucap dan memakai pakaian yang sama, yakni mengesakan dan mengagungkan Allah SWT.
Ia mengatakan, wukuf sebagai simbol kesamaan serasa dan sepenanggungan sesama Muslim serta menghilangkan diskriminasi antara sesama manusia. Melempar jumrah berarti membuang jauh-jauh tabiat jelek manusia yang dilambangkan sebagai setan.
"Haji mabrur yakni dalam melaksanakan hajinya tidak dicampuri dengan dosa dan perubahan hidup yang lebih baik. Haji mabrur adalah tingkah laku kita lebih baik sesudah melaksanakan haji dibanding sebelum haji," kata mantan Kanwil Kemenag Banten tersebut.
Haji mabrur memiliki kualitas iman yang tangguh, kepekaan sosial, sabar dalam menghadapi kesusahan hidup.