Rabu 07 Oct 2015 09:44 WIB

'Selebritas' Baru di Musim Haji 2015

Kadaker Makkah Arsyad Hidayat membacakan sambutan saat berkunjung ke madrasah Al Mutawassithah Al Ashimah An Namudzajiyah di Aziziah, Makkah, Arab Saudi
Foto: antaranews
Kadaker Makkah Arsyad Hidayat membacakan sambutan saat berkunjung ke madrasah Al Mutawassithah Al Ashimah An Namudzajiyah di Aziziah, Makkah, Arab Saudi

REPUBLIKA.CO.ID,MAKKAH -- Suatu malam selepas jamaah Indonesia menyelesaikan shalat Isya di Masjidil Haram, seorang pria bergerak lincah ke sana kemari mengatur jamaah yang membeludak, menunggu bus di Terminal Syib Amir, Makkah.

Sesekali lelaki yang menggunakan rompi bertuliskan Petugas Haji Indonesia itu menyapa ramah jamaah yang sedang menunggu bus sambil berdiri dengan wajah yang sedikit lelah.

Kemudian, laki-laki berompi hitam itu tiba-tiba berlari ke belakang dan menyetop bus warna hijau nomor 10 yang berstiker bendera Merah Putih. Dari sisi kanan bus, ia menyapa pengemudi yang baru saja menurunkan penumpang.

Tiba-tiba ia berteriak lantang. "Penumpang bus 7 silakan masuk. Bus tujuh.. Bus tujuh...," ujarnya sambil melambaikan tangan kanan memanggil jamaah yang ingin menaiki bus yang dialihkan rutenya dari 10 menjadi 7 dengan tujuan Syib Amir-Syisyah 1 itu.

Kalau bukan pemimpin dan pemegang otoritas, tentu tidak akan berani seenaknya mengalihkan rute seperti itu. Atau, bahkan perintahnya tidak akan diikuti oleh sopir bis berkewarganegaraan Bangladesh itu. Namun karena yang memerintah Kepala Daerah Kerja (Daker) Makkah, maka siapa yang berani menolaknya.

Dialah Arsyad Hidayat pemegang kendali operasional pelayanan jamaah haji selama berada di Makkah Al Mukarammah. Di pundaknya, beban tanggung jawab yang cukup berat itu dipikul untuk membuat jamaah Indonesia nyaman dan tenang beribadah di tempat Kakbah berada itu.

Nama dan sosok pria kelahiran Karawang, 42 tahun lalu itu mungkin kini semakin dikenal publik seiring dengan kemunculannya yang intens selama musim haji tahun ini. Apalagi setelah dua musibah besar menerpa jamaah di kota kelahiran Nabi Muhammad SAW itu.

Musibah pertama yang menjadi sorotan dunia adalah ketika crane roboh oleh angin kencang dan hujan lebat di Masjidil Haram pada Jumat sore tanggal 11 September 2015 lalu.

Kurang dari dua minggu kemudian, yakni pada 24 September 2015 setelah wukuf di Arafah, musibah kembali terjadi di Jalan 204, Mina. Ratusan jamaah saling berdesakan sehingga terinjak-injak di jalan sempit saat menuju Jamarat untuk melempar jamrah Aqabah pada 10 Zulhidjah.

Sejak dua peristiwa besar yang menyita perhatian publik itu, wajah lulusan Universitas Al Azhar itu muncul hampir setiap hari di sejumlah televisi nasional.

Bahkan ada seorang wartawan yang berseloroh, Pak Arsyad -- demikian dia dipanggil oleh tim Media Center Haji 2015 -- bakal menjadi selebritas baru dijagat berita nasional.

Sang pemilik nama itu hanya tersenyum tipis menanggapi candaan yang sekaligus pujian. Tim MCH tahu betul pemimpin tertinggi di kantor Misi Haji Indonesia di Mekkah itu, tak kenal lelah untuk memberikan informasi secepatnya kepada publik tentang perkembangan korban crane maupun Mina.

Hampir setiap pukul 02.00 Waktu Arab Saudi (WAS) atau pukul 06.00 WIB Arsyad tampil menghadapi lensa kamera televisi dengan ekspresi yang tenang, nyaris tanpa ekspresi meski mengumumkan kematian jamaah.

"(Musim haji) tahun ini memang sangat terasa begitu banyak musibah, begitu banyak cobaan yang menimpa jamaah kita," katanya masih dengan ekspresi yang datar, namun dengan suara agak parau, tanda ada duka dalam tekanan suaranya.

Arsyad yang telah beberapa kali menjadi petugas haji -- bahkan ketika ia masih menjadi mahasiswa di Mesir itu – nampaknya merasakan betul tahun ini merupakan musim haji terberat sepanjang 15 tahun terakhir.

Banyak jamaah kehilangaan anggota mereka baik karena musibah crane dan Mina, maupun karena kematian saat menjalani proses ibadah haji.

Selain itu mereka juga menghadapi ancaman dehidrasi dan heatstroke akibat cuaca yang luar bisa terik mencapai 45 derajat Celcius.

 "Tahun-tahun sebelumnya tidak seperti ini," ujar Wakil Konsuler Haji pada Konjen RI di Jeddah, Arab Saudi itu.

Totalitas Kendati menghadapi pekerjaan yang terbilang melelahkan pada musim haji kali ini, pemegang gelar master dari UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, itu menganggap kesibukan tingkat tinggi tersebut sebagai hal yang biasa yang harus dihadapi oleh setiap petugas haji.

"Petugas haji itu memang harus rela kurang tidur, makan tidak teratur, yang penting jamaah bisa beribadah dengan lancar dan haji mereka sah," ujar Arsyad yang sudah lebih dari lima kali menjadi petugas haji dan menjabat sejumlah posisi penting di Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) yang bertugas di Arab Saudi.

Selain itu, pemegang gelar sarjana mengenai Hukum Islam itu juga mengingatkan bahwa seorang petugas haji harus ikhlas melayani tamu-tamu Allah (duyufurahman) karena ganjaran pahalanya sangat besar.

Arsyad pun berbagi kiat ikhlas dan total menjalani tugas sebagai pelayan tamu Allah.

"Layani jamaah haji kita seperti kita melayani orang tua sendiri. Kalau buat orang tua, kita pasti ingin memberikan pelayanan terbaik bagi mereka, sebagai wujud bakti kita pada mereka," ujar calon pemegang gelar doktor dari University Bakht Erida di Khartoum, Sudan ini.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement