Sabtu 10 Oct 2015 09:42 WIB

Kisah Para Pencari Jenazah di Tanah Suci

Petugas merawat jamaah haji yang jadi korban insiden Mina.
Foto: Reuters
Petugas merawat jamaah haji yang jadi korban insiden Mina.

REPUBLIKA.CO.ID, MAKKAH -- Dalam dunia layar kaca ada sinetron berjudul Para Pencari Tuhan (PPT) yang hanya tayang pada Bulan Ramadhan. Dalam dunia nyata, ada kisah para pencari jenazah di Tanah Suci yang biasanya hanya sibuk di musim haji.

Apalagi bila ada peristiwa besar yang menimbulkan banyak korban meninggal dan cidera. Jadilah mereka andalan terdepan untuk mendapat informasi terkini tentang kondisi jemaah.

"Dalam situasi seperti itu, informasi sekecil apapun sangat berharga dan kami tindak lanjuti," kata Kepala Seksi Perlindungan Jamaah Daerah Kerja (Daker) Makkah Letkol Jaetul Muchlis Basyir, memulai kisah dan pengalamannya mencari jamaah yang hilang dalam peristiwa Mina maupun crane roboh di Masjidil Haram,

Berharga tidak hanya terkait pertolongan pertama terhadap jamaah terutama dari Indonesia yang terluka atau meninggal dunia, tapi juga bernilai karena waktu yang dibutuhkan untuk menembus birokrasi otoritas di Arab Saudi guna mendapatkan informasi terkait korban tidaklah mudah.

Jika tidak pintar membaca peluang dan berstrategi, mereka yang datang untuk mencari informasi bisa kembali dengan tangan hampa.

Hal itulah yang juga pernah dialami tim Linjam, demikian biasanya Media Center Haji (MCH) menyebut kelompok kerja yang dipimpin Letkol dari TNI Angkatan Udara itu.

Tim Linjam Daker Makkah pada awalnya hanya bertugas melindungi jamaah haji yang tersesat terutama saat ibadah di Masjidil Haram atau mereka yang sakit, terluka, dan meninggal di luar sarana kesehatan.

Tim yang beranggotakan TNI, Polri, dokter, dan Konjen RI menjadi para pencari jenazah di pemulasaran mayat, Al Muashim. Di tempat ini, semua korban meninggal dalam peristiwa Mina maupun crane roboh dikumpulkan.

"Makanya pekerjaan kami agak unik, mengusik-usik kamar jenazah (di rumah-rumah sakit) dan penampungan mayat yang ada di Arab Saudi," ujar Muchlis dengan logat Sunda yang kental.

Meski terbilang unik dan mungkin menakutkan bagi sebagian orang, namun Muchlis, dr Taufik Tjahjadi, Fadhil Ahmad, dan Naif Bajri Basri Marjan yang menjadi tim inti identifikasi jenazah tampak sangat menikmati pekerjaan dan amanah yang diberikan kepada mereka. "Kadang jamaah yang sedang kami cari sampai kebawa dalam mimpi," ujar Muchlis dengan nada serius.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement