REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- - Di tengah kesibukan mengurusi jenazah, Pemerintah Arab Saudi masih terus mencari akar penyebab insiden Mina. Pemerintah Arab Saudi berupaya menjaga integritasnya sebagai penjaga Dua Rumah Suci yang diharapkan ke depan pelayanan kepada tamu Allah dapat diselenggarakan lebih baik.
Tidak cuma itu, kerajaan setempat secara terbuka menerima kritik perbaikan infrastruktur pelayanan tamu Allah yang harus dilakukan. Indonesia salah satu negara yang telah menyampaikan saran perbaikan.
Sampai saat ini pihak otoritas Arab Saudi, atas perintah Khadimul Haramain, Raja Salman Bin Abdul Aziz masih terus melakukan investigasi atas peristiwa Mina, 24 September lalu. Sayangnya, seperti disampaikan Konsuler Jenderal RI di Jeddah Dharmakirty Syailendra Putra, sudah hampir sebulan Pemerintah Arab Saudi belum juga mempublikasikan hasil investigasi insiden Mina itu.
Tampaknya Pemerintah Arab Saudi masih fokus pada kegiatan mengurus korban insiden tersebut. Termasuk korban di sejumlah rumah sakit. Semua pihak berharap komitmen pemerintah setempat tidak akan berubah dan akan mengungkap hasil investigasi itu. Termasuk juga tentu saja pemberian sanksi kepada pihak-pihak yang dinyatakan bersalah.
Hasil investigasi insiden Mina dinanti warga Muslim dari seluruh dunia. Apalagi, berdasarkan kesaksian sejumlah jamaah haji yang menjadi korban luka, jamaah haji diperintahkan berbelok masuk ke arah Jalan Arab 204 yang menjadi lokasi insiden maut tersebut.
Berbagai pihak berspekulasi bahwa kejadian tersebut disebabkan Pangeran Arab Saudi Mohammad bin Salman Al Saud melintas. "Iran dan beberapa negara menyatakan hal itu. Karena sangat janggal di saat jutaan jamaah mau melontar Aqobah, tiba-tiba dua jalan menuju jamarat ditutup," kata anggota Komisi VIII KH Maman Imanulhaq, Jumat (25/9) lalu.
Maman mengatakan, kalau hal itu terbukti benar, ini kelalaian Saudi dan ketidaksiapan mereka melayani tamu Allah. "Saudi bukan khodimul haraimain, pelayan dua kota suci, tapi Hadimul Haramain, perusak dua kota suci," kata Maman.