REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah Syafiq Mughni mengatakan, ketika seseorang menjalankan ibadah haji di Tanah Suci mereka pasti sadar bahwa umat Islam sangat beragam pemeluknya.
Bermacam-macam kaum muslim dari seluruh penjuru dunia, menginjakkan kakinya di sana untuk melaksanakan rukun Islam yang kelima tersebut.
Menurutnya, hal itu menjadi penanda bahwa ketika beribadah haji, seseorang tidak hanya melakukan ibadah saja, tapi, secara tidak langsung, ia juga belajar menghargai dan memaknai perbedaan orang lain.
Syafiq menilai hal tersebut juga menjadi bukti ibadah haji tidak hanya memiliki dimensi keagamaan atau spiritual, tapi juga mempunyai dimensi sosial dan kebudayaan.
"Maka ketika berhaji, kita belajar banyak hal, seperti toleransi dan menghormati perbedaan. Misalnya perbedaan, warna kulit, bahasa, adat-istiadat, dan lain-lain," jelasnya ketika menghadiri seminar bertema 'Haji dan Persaudaraan Universal' di Universitas Islam Nasional (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Kamis (28/1).
Ia berharap para calon haji, khususnya di Indonesia, dapat memetik pelajaran tersebut dan mampu menerapkannya di lingkungan sekitarnya. Menurut dia, hal itu akan memberikan dampak besar dalam kehidupan sosial masyarakat.
Ia berpendapat seseorang boleh saja membenci sikap, perbuatan, atau pernyataan orang lain. "Tapi kita tidak boleh membenci manusianya. Ini makna menjadi haji," ujar Syafiq.