Selasa 02 Aug 2016 10:34 WIB

Riau Bertekad Kembali Jadi Pelaksana Kesehatan Haji Terbaik 2016

Petugas haji mengamati monitor alat Thermalscaner, yang mendeteksi suhu badan para jamaah haji kloter pertama embarkasi Batam yang tiba di Bandara Hang Nadim, Batam, Kepulauan Riau, Sabtu (3/10).
Foto: NTARA FOTO/M N Kanwa
Petugas haji mengamati monitor alat Thermalscaner, yang mendeteksi suhu badan para jamaah haji kloter pertama embarkasi Batam yang tiba di Bandara Hang Nadim, Batam, Kepulauan Riau, Sabtu (3/10).

REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU -- Dinas Kesehatan Provinsi Riau kembali menargetkan kembali jadi pelaksana kesehatan haji terbaik se-Indonesia seperti tahun lalu.  Karena itu, dinas kesehatan setempat akan mengoptimalkan capaian instrumen yang ditetapkan Kementerian Kesehatan.

"Hadiah dari penghargaan ini alhamdulillah saya diberi kesempatan ikut berangkat haji tahun ini. Kita berharap tetap yang terbaik, itu tantangan terbesarnya," kata Kepala Dinkes Riau, Andra Sjafril di Pekanbaru, Selasa (2/8).

Pada tahun lalu, dia menjelaskan, pelaksana kesehatan haji Riau terbaik dinilai oleh Menkes melalui Pusat Kesehatan Haji Indonesia. Untuk musim haji tahun ini, pihaknya minimal juga akan melaksanakan aturan yang ditetapkan Puskes Haji Indonesia.

"Yang wajib kita laksanakan, yang sunnah sudah saya sampaikan, misalnya kepada jemaah yang tertunda atau belum terpanggil, agar bisa dilakukan pembinaan kesehatan lebih dini," ungkapnya.

Terpilihnya Riau pada tahun lalu sebagai pelaksana terbaik tidak lepas dari peran Penanggung Jawab Program Kesehatan Haji Dinkes Provinsi Riau, Sri Mulyani S.Km. Dia mengatakan bahwa instrumen yang dinilai adalah pemeriksaan, pembinaan, ketepatan dan cakupan laporannya.

Laporan tersebut, lanjutnya, harus dari Pusat Kesehatan Masyarakat jemaah setempat. Saat ini sistem pelaporan sudah daring (dalam jaringan) yang dilakukan oleh petugas puskesmas maupun dinkes kabupaten/kota.

"Laporan minimal tiga bulan sebelum berangkat haji dengan jumlah cakupan minimal 80 persen. Kita di Riau sudah 97 persen," sebutnya.

Selain itu dari pembinaan kesehatan, kata dia, Riau juga tertinggi. Hal itu menyangkut ketepatan pemeriksaan apakah calon jamaah tersebut punya resiko tinggi atau tidak.

"Risiko dilihat dari sisi umur dan penyakit. Kalau sudah 60 tahun ke atas itu tinggi dan untuk penyakit seperti hipertensi dan diabetes, yang tinggi," jelasnya. Dia berharap calon jamaah mengerti dengan kondisi kesehatannya seperti hipertensi dan diabetes yang tidak bisa sembuh. Oleh karena itu gula darah harus terkontrol serta teratur menjaga diet dan obat.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement