REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI -- Kementerian Agama mengklaim visa calon jamaah haji gelombang pertama sudah selesai 100 persen. Kenyataannya, ratusan calon jamaah haji di berbagai daerah tertunda keberangkatannya lantaran masalah visa.
Calon jamaah haji kloter tujuh asal Kabupaten Sumedang, misalnya. Dari 444 jamaah, hanya 354 calon jamaah haji yang diberangkatkan. Untuk 444 kuota penerbangan, sebanyak 90 jamaah haji dari Kab Bogor yang sedianya berangkat pada kloter sembilan terpaksa dimajukan ke kloter tujuh.
Hal itu praktis mengacaukan jadwal keberangkatan para calon jamaah haji. Calon jamaah haji yang menurut jadwal berangkat pada kloter akhir, harus berangkat lebih awal. Demikian pula, jamaah dari kloter awal yang terganjal visa terpaksa berangkat lebih akhir.
Kepala Bidang Haji dan Umrah Kementerian Agama Provinsi Jawa Barat, Ajam Mustajam mengatakan penempatan calon jamaah haji ke dalam kloter harusnya disesuaikan dengan proses penerbitan dan pengiriman paspor ke pusat. Jamaah yang sudah siap visanya diberangkatkan di kloter awal. Namun, menurut dia, sejumlah KBIH dan Kemenag Kab/Kota tidak mengikuti SOP tersebut.
"Atas dasar permintaan kelompok bimbingan, yang harusnya gelombang dua ditempatkan di kloter awal (gelombang pertama). Dari awal sudah menyalahi prosedur, jadi pas pemberangkatan ya kemungkinan seperti ini," kata Ajam Mustajam kepada Republika.co.id, Senin (15/8).
Ajam menuturkan, persoalan muncul tatkala jamaah yang pelunasan dan penerbitan visanya di akhir dimasukkan ke gelombang pertama di kloter-kloter awal. Sebagian KBIH memaksakan menarik jamaah yang belum siap visanya untuk diberangkatkan di awal.
Ajam pun meminta kepada KBIH dan Kementerian Agama Kab/Kota memberikan penjelasan lugas kepada para calon jamaah haji. Tidak perlu memberi janji-janji yang sulit direalisasikan. Ia yakin, jamaah akan paham apabila diberi penjelasan gamblang, alih-alih diberi janji-janji.
Wakil Sekretaris II PPIH Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi, Jajang Afifudin membenarkan pemberitahuan adanya perubahan kloter yang bersifat mendadak membuat sejumlah calon jamaah haji panik lantaran belum maksimal melakukan persiapan.
"Kalau dari awal seperti ini pasti imbasnya ke bawah. Kami tidak bisa memastikan. Ketika kloter mengambil calon jamaah haji dari (kloter) bawah, berimbas ke bawahnya," ujar Jajang.