Selasa 16 Aug 2016 06:15 WIB

Ya Allah, Izinkan Hamba Mencium Tangan-Mu

Hajar Aswad.
Foto: Aswjmedia.com.au/ca
Hajar Aswad.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Didi Purwadi Langsaung dari Tanah Suci

MAKKAH -- Jarak hanya sejengkal lagi. Tapi tiba-tiba arus manusia berbalik mendorong keluar hingga akhirnya diri ini terlepas dari pergumulan mencium tangan-Nya.

Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta, Selasa pagi. Kami berangkat menuju Ka'bah dengan membawa segudang kerinduan. Rabu dini hari waktu Arab Saudi, kerinduan itu akhirnya terbayarkan.

Ka'bah sepekan lalu masih relatif sepi. Terbuka kesempatan besar mencium Hajar Aswad. Hanya lima lapis lingkaran manusia yang bergerak tawaf melawan arah jarum jam.

Tidak banyak yang memilih berdesak-desakan untuk berebut mencium Hajar Aswad. Niat dibulatkan untuk masuk dalam pusaran mencium Tangan Tuhan. Segalanya terasa begitu mudah.

Quraish Shihab mengatakan Hajar Aswad adalah lambang Tangan Tuhan. ‘’Tapi, sekali lagi ia hanya lambang, karena batu itu sendiri tidak memberi manfaat atau mudharat,’’ tulisnya dalam buku Haji & Umrah Bersama M. Quraish Shihab.

Batu Hajar Aswad yang diriwayatkan berasal dari surga ini pun pernah dirampas dan dibawa kabur jauh dari Makkah. Kejadian tersebut terjadi pada tahun 319 H. Selang 20 tahun kemudian, sebut Quraish Shihab, batu Hajar Aswad ditemukan dalam kondisi terpecah menjadi delapan keping.

Tiga arus bergerak saling berbenturan menuju Hajar Aswad. Diri ini mengikuti arus yang bergerak dari sisi kanan hajar aswad. Arus yang bergerak searah arus tawaf.

Di depan terlihat jamaah wanita yang bergerak dari arus di sisi kiri Hajar Aswad. Arus yang berlawanan dengan arah arus tawaf. Jaraknya tinggal setengah semeter lagi dengan Hajar Aswad.

   

Sementara, arus dari sisi tengah yang arahnya berhadapan langsung dengan posisi Hajar Aswad, juga terus bergerak. Tiga arus dari tiga arah berlawanan, saling bertumbukan menuju satu titik yakni Hajar Aswad.

   

Hajar Aswad hanyalah sebuah batu berukuran panjang 25 cm dan lebar 17 cm. Batu berwarna hitam yang ditempel di pojok selatan bangunan Ka’bah. Umar bin Khatab pun sebenarnya enggan mencium Hajar Aswad jika bukan karena Rasulullah.

Seperti diriwayatkan dalam hadist riwayat Bukhari, Umar berkata ‘’Sesungguhnya aku menciummu dan aku tahu bahwa engkau hanyalah batu. Seandainya aku tidak melihat Rasulullah menciummu, maka tentu aku tidak akan menciummu.’’

   

Jamaah wanita itu menyerah. Memilih menjauh dari pertarungan mencium Hajar Aswad. Ini mungkin soal rezeki. Seorang teman pernah bercerita soal rezeki tersebut.

Ketika dirinya tidak berpikir ingin bisa mencium Hajar Aswad, tiba-tiba ada sesuatu kekuatan yang mengangkat dirinya lalu menjatuhkannya tepat di depan Hajar Aswad. "Baunya sangat wangi sekali, sampai masih teringat di dalam otak, wanginya Hajar Aswad," katanya.

   

Ada yang menuliskan tentang tips agar dapat mencium Hajar Aswad. Dalam buku Tata Cara Haji Dan Umrah Yang Benar, penulis menyebutkan 19 langkah yang harus dilakukan agar bisa mencium Hajar Aswad. Tapi, langkah pertama yakni niatkan mencium Hajar Aswad hanya karena mengikuti sunnah Rasulullah SAW.

   

Jarak hanya sejengkal lagi. Tapi tiba-tiba  arus manusia berbalik mendorong keluar hingga akhirnya diri ini terlepas dari pergumulan mencium tangan-Nya. Seorang rekan coba membesarkan hati,’Tenang aja, masih banyak waktu.’’

   

Rasul tercinta-Mu pun memang tidak pernah mewajibkan umatnya mencium Hajar Aswad. Jika tidak mampu menciumnya, cukuplah melambaikan isyarat dengan menggunakan tangan ke arah Hajar Aswad. Tapi ya Rabb, sekali saja, izinkan hamba mencium tangan-Mu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement