Jumat 19 Aug 2016 04:51 WIB

Sandal Jepit, Masyumi, dan Tudingan Politik Haji DN Aidit

Calon jamaah chaji kloter pertama embarkasi Surabaya bersiap naik pesawat di Bandara Internasional Juanda Surabaya di Sidoarjo, Jawa Timur, Selasa (9/8).
Foto:
Sukarno dan DN Aidit di acara peringatan ulang tahun PKI ke-45 di Istora Senayan tahun 1964.

Sikap anti terhadap kiprah para haji dan partai Masyumi (serta PSI) tampak nyata bila membaca dan menelisik buku yang ditulis DN Aidit: 'Kaum Tani Mengganjang Setan-Setan Desa’. Buku setebal 108 halaman dengan gambar sampul wajah seorang petani yang terlihat marah sembari mengacungkan sabit ini  terbitan Jajasan Pembaruan, Djakarta, tahun 1964.

Pada bagian pendahuluan sang penulis, yakni Aidit,  tampak bersemangat sekali menghapuskan semua pihak yang dianggap menjadi penghalang cita-cita partainya. Tak hanya itu Aidit pun mengklaim bahwa partainya itu tidak anti agama dan pejuang Pancasila sejati, meski dibagian tulisan lain terlihat jelas tak menginginkan peran politik dari kalangan umat Islam.

Di banyak bagian buku Aidit menuliskan sikap idelogi dan pemikirannya sebagai berikut:

..kaum tuan tanah djahat dengan aktif menyebarkan propaganda anti-Manipol, banyak haji tuantanah yang menjalahgunakan agama untuk memperluas milik tanahnya dan memperhebat penghisapan terhadap kaum tani...

.....Tuantanah-tuantanah djahat itu biasanya adalah bekas anggota-anggota Partai Terlarang Masjumi-PSI, penjokong aktif gerombolan DI-TII ketika masih meradjalela kontra-revolusioner jang terjadi dalam bulan Mei tahun 1963. Kini mereka bersarang dalam Madjelis Ulama (MU), jaitu yang sesungguhnja merupakan ‘’Masjumi gaja baru”, dan mencari perlindungan pada alat-aat kekuasaan sivil dan militer seperti lurah, Koramil (Komando Rajon Militer, setingkat ketjamatan), Bintara Pembina Wilajah, Hansip (Pertahanan Sipil), OPR (Organisasi Pertahanan Rakjat) dll....

Di halaman lain dari buku itu Aidit menulis begini: ...Mereka mengatakan:BTI anti-agama dan anti-Pantjasila. Mengenai soal ini, kaum Komunis perlu memberikan djawaban, bahwa setan-setan desalah, jang telah memperalat agama dan Pantjasila untuk merobohkan RI dan tudjuan-tudjuan jahat lainnya. Lagi pula yang membakar-bakar mesdjid-mesdjid dan mengkorup kotum hadji bukanlah anggota BTNI atau PKI, tetapi setan-setan desa dan pendjahat-pendjahat yang mengaku beragama dan ber-Tuhan.

Kalau makin lama makin kurang djumlah kaum tani yang mendengarkan chotbah dilanggar-langgar dan mesdjid-mesdjid adalah  karena tempat tersebut sering dijadikan mimbar tokoh-tokoh Madjelis Ulama, jaitu Masjumi gaja baru dab DI gaja baru...

Tak hanya itu dibagian buku yang lain juga menyebut organisai anti komunis seperti SOKSI yang disebut juga oleh Aidit sebagai ‘PSI Gaya baru’.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement