Sabtu 20 Aug 2016 11:21 WIB

Sakit Jantung Dominasi Penyebab Kematian Jamaah

Rep: Didi Purwadi/ Red: Ani Nursalikah
Pemakaman jamaah haji yang meninggal di Tanah Suci.
Foto: Republika/Tommy Tamtomo/ca
Pemakaman jamaah haji yang meninggal di Tanah Suci.

REPUBLIKA.CO.ID, MAKKAH -- Gangguan jantung mendominasi penyebab kematian jamaah haji Indonesia. Dari 10 kematian yang tercatat hingga Kamis (18/8), sebanyak delapan disebabkan gangguan jantung.

Kedelapan korban adalah Senen bin Dono Medjo, Martina binti Sabri Hasan, Khadijah Nur binti Imam Nurdin dan Sarjono bin Muhammad Amin. Empat lainnya, yakni Nazar Bakhtiar bin Batiar, Oom Eli Asik binti Elih, Juani binti Mubin Ben dan Asma binti Mian.

Kepala Seksi Kesehatan Daker Makkah, Melzan Dharmyuli Reza mengatakan gangguan jantung sejauh ini yang paling banyak ditemukan dalam kasus kesehatan. Masalah mental seperti disorientasi atau demensia (pikun) juga banyak ditemukan terutama pada jamaah risiko tingi (risti).

"Kardiovaskular yang paling banyak," kata Melzan di kantor Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Daker Makkah, Khalidiyah, Makkah, Arab Saudi, Kamis (18/8).

Data Siskohat Kesehatan menunjukkan sebanyak 4.312 jamaah menjalani rawat jalan selama berada di Madinah. Data yang dikeluarkan per 16 Agustus atau sehari jelang keberangkatan jamaah ke Makkah, juga mencatat 61 jamaah menjalani rawat inap.

Melzan mengatakan tim kesehatan Daker Makkah telah berkunjung ke KKHI di Madinah untuk mengumpulkan informasi terkait kesehatan jamaah. Dari hasil kunjungan tersebut, Daker Makkah melakukan persiapan guna memberikan pelayanan kesehatan yang optimal bagi jamaah haji Indonesia selama mereka berada di Tanah Suci Makkah.

Melzan pun menyebutkan KKHI Daker Makkah sudah siap 100 persen dalam memberikan pelayanan kesehatan bagi jamaah haji Indonesia. Tim sudah tiba sejak 9 Agustus untuk melakukan persiapan sarana dan prasarana. Obat-obatan juga sudah tersedia.

Di KKHI, ada sebanyak 99 petugas termasuk di dalamnya 55 tenaga kesehatan. Di wilayah Daker Makkah yang meliputi sembilan sektor, ada 241 tenaga kesehatan yang diantaranya adalah 18 dokter spesialis, 29 dokter umum, satu dokter gigi, 13 apoteker, 72 perawat, dua tenaga gizi, dan satu petugas rontgen.

"Kita sudah melakukan gladi dan SOP (standar operation procedure) sejak dari Jakarta yang mengacu pada standar internasional,’’ katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement