Kamis 08 Sep 2016 15:18 WIB

Enam Klinik Satelit Disiapkan di Arafah

Rep: didi purwadi/ Red: Damanhuri Zuhri
Ruang perawatan jamaah di Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) di Makkah
Foto: ROL/Didi Purwadi
Ruang perawatan jamaah di Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) di Makkah

REPUBLIKA.CO.ID, MAKKAH  -- Kepala Pusat Kesehatan Haji Kementrian Kesehatan, Muchtaruddin Mansyur, mengatakan tim kesehatan telah merampungkan persiapan peralatan dan obat-obatan jelang pelaksanaan wukuf di Arafah, 11 September. Enam klinik satelit pun sudah disiapkan di Arafah.

‘’Operasi layanan kesehatan di Arafah, Muzdalifah dan Mina memang kita menyiapkan klinik. Khusus di Arafah, kita membuat enam klinik satelit,’’ kata Muchtaruddin saat menyambangi MCH Daker Makkah di Syisyah, Arab Saudi, Kamis (8/9) pagi waktu setempat. ‘’Sampai pada Kamis dinihari tadi, Alhamdulillah sudah semua perlengkapan obat-obatan sudah ditaruh di tempat masing-masing.’’

Tim kesehatan tidak hanya menyiapkan klinik satelit. Selain ada Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) yang terletak di wilayah Khalidiyah sebagai titik terakhir sebelum nantinya merujuk jamaah pasien ke rumah sakit Arab Saudi, ada juga klinik yang berada di tiap-tiap maktab.

Muchataruddin mengatakan klinik maktab dikelola kelompok TKHI (Tenaga Kesehatan Haji Indonesia) yang selama ini menempel dengan jamaah dalam rombongan kloter. Klinik yang berada di tiap maktab jamaah haji Indonesia ini terdiri minimal 6-8 tim TKHI di mana tiap tim terdiri atas satu dokter dan dua tenaga media. Jamaah haji Indonesia ditempatkan dalam 52 maktab yang masing-masing maktab terdiri atas 2.800-3000 jamaah.

Klinik maktab yang akan pertama kali menangani penyakit-penyakit yang dikeluhkan jamaah. ‘’Jika tidak bisa ditangani klinik maktab, jamaah pasien akan dirujuk ke klinik satelit yang lokasinya tidak jauh,’’ katanya.’’Dari klinik maktab ke klinik satelit, insya Allah jamaah tidak harus bersusah payah untuk mencari dan mencapainya.’’

Muchataruddin mengatakan lokasi maktab tersebar di enam titik strategis yang secara geografis mampu menjangkau maktab jamaah haji Indonesia yang berjumlah 52 maktab tersebut. ‘’Dua klinik satelit diantaranya berada di maktab 22 dan maktab 38,’’ kata Muchtaruddin.

Di klinik satelit, kata Muchtaruddin, pihaknya menyiapkan velbed minimal enam unit. Ada juga oksigen konsentrator sebagai alternative karena muassasah selaku penanggujawab pelayanan haji tidak memperbolehkan oksigen masuk wilayah Arafah. Ada juga peralatan-peralatan medis lainnya.

Muchtaruddin mengatakan Klinik Satelit akan dikelolah oleh tim kesehatan dari daerah kerja Makkah dan Madinah. Sementara, KKHI akan ditangani oleh tim kesehatan dari Jeddah.

‘’Kita harapkan ketiga klinik ini sebagai kegiatan yang berjenjang dalam bentuk rujukan. Ketika tidak dapat ditangani di klinik satelit, jamaah pasien bisa dirujuk ke KKHI,’’ katanya.

‘’Sehingga, kegiatannya tidak tersentralisir dan mempermudah jamaah untuk mendapatkan layanan kesehatan. Karena kalau misalnya selama ini tersentralisir di KKHI, itu kan jauh jaraknya dari maktab-maktab ke KKHI.’’  Muchtaruddin mengatakan petugas kesehatan sudah disiapkan sebelum para jamaah haji Indonesia masuk Armina. Paling tidak petuga kesehatan sudah masuk Armina pada H-2.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement