Selasa 13 Sep 2016 05:01 WIB

Arafah yang Sejuk

Didi Purwadi, Wartawan Republika
Foto: dok. rpibadi
Didi Purwadi, Wartawan Republika

Oleh: Didi Purwadi, Wartawan Republika

 

REPUBLIKA.CO.ID, MAKKAH -- Kami menjejakkan kaki di padang Arafah ketika sore hari sudah mendekati waktu maghrib pada Sabtu (10/9)  lalu. Meski telepon pintar menunjukkan suhu udara Arafah mencapai 43 derajat celcius, suasana sore itu terasa sejuk dengan semilir angin sore sepoi-sepoi.

Beberapa petugas haji sudah berada di Arafah sejak dua hari sebelumnya untuk menyiapkan segala keperluan guna menyambut kedatangan jamaah. Sementara, kami dari tim Media Center Haji (MCH) baru bergeser ke Arafah pada Sabtu siang sekitar pukul 14.00 waktu Saudi. Beberapa rombongan jamaah sudah lebih dulu diberangkatkan ke Arafah pada Sabtu paginya.

Arafah sore itu memang terasa sejuk. Beberapa jamaah laki-laki terlihat duduk-duduk santai di kursi plastik yang dijejer menghadap gunung yang entah apa namanya. Mereka asyik ngobrol sambil menikmati sore dengan ditemani segelas kopi.

Beberapa jamaah lainnya memilih menikmati sore dengan menggelar tikar di bawah pohon Soekarno. Pohon yang rata-rata tingginya hanya lima meteran ini memang lumayan rimbun untuk menjadi tempat berteduh bagi jamaah. Ada juga jamaah yang bersantai di dalam tenda dengan ditemani waterfan yang menghembuskan angin bercampur percikan air.

Malam hari pun Arafah juga terasa sejuk meski ada sedikit hawa panas. Di bawah pohon Soekarno di depan tenda MCH, kami asyik berbincang dengan Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin hingga larut malam. Padang Arafah Sabtu itu memang terasa sejuk. ‘’Sejuk-sejuk manja,’’ seloroh sala satu rekan.

Tapi, Arafah tetap Arafah. Tempat dimana jutaan manusia berdiam diri merenungkan hakekat dirinya. Ada beberapa jamaah yang asyik di tenda dengan bacaan Alqurannya. Beberapa lainnya memilih membaca Alquran di masjid tenda seluas 12x9 meter. Ada dua masjid tenda yang dipasang berhada-hadapan.

Pada esok harinya atau Ahad (11/9), persiapan wukuf di Arafah sudah dimulai sejak subuh hari. Jamaah mengikuti salat Subuh berjamaah dan mendengarkan kultum dari anggota Amirul Haj Masyhuril Khamis. Setelah sarapan pagi dan istirahat, mereka memulai rangkaian kegiatan wukuf pada pukul 10.30 waktu Saudi.

Lantunan doa dan talbiyah mengawali rangkaian kegiatan wukuf di dua masjid tenda. Acara berlanjut dengan sambutan dari Dubes RI di Kerajaan Arab Saudi Agus Maftuh dan Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin. Ratusan jamaah memadati dua masjid tenda tersebut. Beberapa yang tidak kebagian tempat, memilih menggelar karpet di luar masjid di bawah sengatan sinar matahari Arafah.

Pada pukul 12.15 waktu Saudi ketika matahari sudah tergelincir, puncak wukuf yang dinanti-nantikan akhirnya tiba. Jamaah khusyu mendengarkan khutbah wukuf yang disampaikan oleh naib Amirul Haj, KH Miftahul Akhyar. ‘’Haji adalah gerakan dan perjalanan kita kembali kepada Allah SWT,’’ kata KH Miftahul Akhyar yang juga wakil rais aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU).

Puncak wukuf dilanjutkan dengan salat Zuhur dan Ashar jama ta'dim qashar. Jamaah melakukannya berjamaah di dua masjid tenda. Usai menunaikan ibadah salat berjamaah, para jamaah sibuk dengan aktivitasnya masing-masing. Ada yang menyibukkan diri dalam panjatan doa dan zikir serta bacaan Alquran. Ada pula yang berdiam diri melakukan introspeksi diri.

Arafah saat itu tidak seseram prediksi yang menyebutkan suhunya bisa menembus angka 50 derajat celcius. Meski memang tetap panas cuacanya, beberapa jamaah memilih berada di luar tenda, duduk di bawah pohon Soekarno sambil berzikir dan membaca Alquran. Beberapa jamaah terlihat khusyu memanjatkan doa yang disebut mudah terkabul ketika dibacakan pada momen wukuf Arafah.

Arafah terasa sejuk ketika kami bersiap bergerak menuju Muzdalifah pada Ahad pukul sebelas malam. Bulan setengah hadir menambah kesyahduan malam itu. Daun-daun pohon Soekarno terlihat keemas-emasan terpendar sinar lampu.

Jamaah sudah pergi meninggalkan tenda-tenda Arafah yang telah kosong. Kami pun beranjak pergi meninggalkan Arafah dengan membawa satu perenungan diri: Manusia diciptakan untuk beribadah kepada-Nya. Wallahu A'lam Bishawab.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement