Sabtu 17 Sep 2016 10:53 WIB

Kemenag Antisipasi Penambahan Kuota Haji

 Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin. (Republika/ Amin Madani)
Foto: Republika/ Amin Madani
Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin. (Republika/ Amin Madani)

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh : Laporan Didi Purwadi dari Tanah Suci

JEDDAH -- Kembali normalnya kuota haji Indonesia dari 168.800 menjadi 211.000 jamaah, tak hanya menjadi kabar gembira bagi calon jamaah haji Indonesia. Namun, kabar gembira itu juga mesti ditindaklanjuti dengan meningkatkan pelayanan haji tahun depan.

Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin menyadari pemerintah bisa belajar dari pengalaman mengelola haji tahun ini agar tahun depan pelayanan haji bisa lebih meningkat. Apalagi, kata Menag, tantangan tahun depan tidak sederhana.

"Di depan mata kita sudah bisa memperkirakan jumlah kuota kita akan bertambah," kata Menag di Jeddah, Arab Saudi, Jumat (16/9) sore waktu setempat. "Renovasi Masjidil Haram sudah hampir selesai dan kita akan kembali ke kuota nasional secara normal."

Indonesia tahun depan diperkirakan kembali ke kuota normal yakni 211.000 jamaah. Pada tahun ini, kuota haji Indonesia dan negara-negara lainnya dikurangi 20 persen karena Masjidil Haram sedang mengalami renovasi sehingga kapasitasnya menjadi terbatas. Renovasi Masjidil Haram diperkirakan rampung tahun depan sehingga tiap negara termasuk Indonesia akan kembali ke kuota normal.

Indonesia tidak hanya akan mendapat tambahan 20 persen kuota dari normalnya kuota haji. Menag juga memperhitungkan kuota negara lain yang akan diupayakan untuk mengurangi antrean sangat panjang di dalam negeri.

"Tantangan ke depan adalah penambahan kuota sangat signifikan dan itu berdampak pada penyiapan akomodasi, transportasi, katering dan seterusnya," kata Lukman. "Ini tidak sederhana dan karenanya diperlukan koordinasi yang baik."

Menag menilai pelayanan Arafah-Muzdalifah-Mina (Armina) juga perlu ditingkatkan. Dengan bertambahnya 20 persen kuota haji, jumlah jamaah haji dunia yang menjalani prosesi Armina pastinya bertambah banyak lagi sehingga kompleksitas persoalannya semakin kompleks juga.

"Kita bisa membayangkan betapa kompleksitas persoalan itu menjadi semakin pelik. Ini tentunya menuntut adanya pengorganisasian dan sistem pemantauan yang lebih baik sehingga satuan operasi Armina misalnya harus didukung petugas haji kita yang tidak hanya lebih banyak tapi juga kualitasnya memiliki kemampuan dalam bertugas,’’ katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement