Kamis 29 Sep 2016 23:09 WIB

Ini Catatan Penting DPR Ihwal Penyelenggaran Haji

Rep: Lintar Satria/ Red: Maman Sudiaman
Anggota Komisi VII DPR RI Iskan Qolba Lubis
Foto: dok : Humas FPKS DPR RI
Anggota Komisi VII DPR RI Iskan Qolba Lubis

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI Iskan Qolba Lubis mengemukakan, ada beberapa catatan penting selama penyelenggaraan haji kali ini. Misalnya, persoalan penginapan (makhtab) jamaah yang dinilai masih terlalu jauh, karena jarak antarrumah sekitar 4,5 km. 

Selain itu, tak ada pedagang pula yang menyediakan logistik bagi jamaah di sekitar makhtab tersebut. Karena kondisi itu pula, akhirnya jamaah haji Indonesia selalu menyetok makanan. “Yang jualan (pedagang) juga tidak ada di daerah situ, karena dianggap lokasinya terlalu ke pinggir dan memang bukan daerah ramai,” ungkap Iskan, usai mengikuti rapat dengan Dirjen Pendidikan Islam, Kemenag, dalam siaran pers yang diterima Republika.co.id, Kamis (29/9). 

Makhtab tersebut berbentuk apartemen yang lokasinya jauh dari keramaian. Masalah lain yang dikemukakan anggota Fraksi PKS ini adalah soal transportasi. Mobil jemputan jamaah Indonesia disatukan dengan jamaah dari negara lain.

Iskan menilai, perawakan jamaah haji Indonesia umumnya relatif kecil, sehingga bila berebut jemputan selalu kalah dengan jamaah asal Turki yang bertubuh besar. Menurutnya petugas keamanan dari TNI/Polri juga perlu ditambah, agar bisa maksimal membantu jamaah. Bahkan Iskan mengusulkan penambahan dua kali lipat dari jumlah yang ada sekarang.

Catatan lain, tambah Iskan, tenda jemaah banyak yang kotor. Usia tenda ada yang sudah 15 tahun. “Selain kotor juga sudah tidak efektif, karena tidak bisa menahan panas lagi. Itu, kan, sangat membahayakan jemaah haji,” ungkapnya. Sampah berserakan di mana-mana. Untuk soal ini, Kemenag mesti berkoordinasi dengan maktab. Berbeda dengan lokasi jamaah haji Malaysia yang terlihat bersih.  

Masalah sanitasi tak lepas dari catatan kritis Iskan. Misalnya, soal penyediaan toilet yang terbatas. Ini membuat jamaah kesulitan mencari toilet terdekat bila ada kebutuhan buang air. Penyediaan katering tidak sama di setiap kota.  "Bila di Arafah dan Mina cukup bagus, maka di Makkah hanya disediakan nasi boks. Tidak ada penyajian ala prasmanan. Kelemahan penyajian dengan nasi boks, tambah Iskan, bila ada yang ingin tambah makan tentu tidak bisa," katanya. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement