REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Saat berhaji, Khalifah Umar bin Khattab pernah diundang Sufyan bin Umayyah. Dalam acara makan tersebut, tersedia empat nampan besar beserta pelayannya.
Mereka pun makan, tetapi Umar melihat pelayan-pelayan itu berdiri saja menyaksikan orang lain makan. Umar bertanya kepada Sufyan,"Mengapa para pelayanmu tidak makan bersama?"
"Tidak demi Allah ya, Amirul Mukminin," jawab Sufyan. "Mereka makan sesudah kita makan untuk menunjukan kebesaran kita".
"Tidak bisa begitu," kata Umar geram.
"Setiap kaum yang merendahkan pelayannya, maka dia akan direndakah Allah. Ayo para pelayan, silahkan makan bersama-sama," kata Umar.
Pelayan itu akhirnya makan bersama-sama. Sudah menjadi prinsip Umar mendahulukan kepentingan rakyatnya. Karena prinsip itu, Umar pernah hanya memakan minyak selama sembilan bulan. Beliau bersumpah tidak akan makan lauk selain minyak sehingga Allah memberi kelapangan kepada kaum Muslimin. Beliau juga pernah memikul karung-karung sendiri untuk diberikan kepada janda-janda dan anak-anak yatim.
Selesai berhaji pada tahun 23 hijriyah, Umar berdia kepada Allah di Abtha. Beliau mengadu kepada Allah tentang usianya yang senja, kekuatan yang melmah, sementara rakyatnya menyebar luas di berbagai penjuru. Umar khawatir tidak bisa menjalankan tugasnya dengan sempurna. Beliau pun berdoa kepada Allah agar wafat dengan mati syahad serta dimakamkan di Madinah.
Doa itu diwujudkan Allah. Umar bin Khattab wafat 25 Zulhijah 23 Hijriyah setelah ditikam seorang majusi bernama, Abu Luluah Fairuz ketika hendak melaksanakan shalat Subuh.