Kamis 15 Dec 2016 16:27 WIB

3 Etika Berdoa di Multazam

Rep: mgrol84/ Red: Agung Sasongko
Multazam di Masjidil Haram, Makkah, Arab Saudi.
Foto: Antara/Prasetyo Utomo/ca
Multazam di Masjidil Haram, Makkah, Arab Saudi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Multazam merupakan bagian dari bangunan Ka’bah yang memiliki lebar sekitar dua meter dan terletak di antara Hajar Aswad dan pintu Ka’bah. Multazam berasal dari kata iltazama yang berarti berpengang teguh, komitmen, dan ditetapkan.

Nama Multazam dipilih karena di lokasi tersebut manusia berkomitmen untuk berdoa sambil mendekat, menempelkan kedua tangan, pipi dan dada mereka.  Amr bin Syu’aib meriwayatkan: Saya thawaf bersama Abdullah, ketika sampai di belakang Ka’bah, saya berkata, “Apakah kita tidak ta’awudz (berlindung diri) kepada Allah dari adzab neraka?”, beliau menjawab: “Kita terlindung dengan (nama) Allah dari neraka.”

Kemudian dia meneruskan thawafnya hingga sampai ke Rukun Yamani dan mengusapnya, lalu sampai di Hajar Aswad dan mengusapnya, kemudian beliau berdiri di antara Hajar Aswad dan pintu Ka’bah. Maka beliau merapatkan dada, kedua tangan, dan wajahnya. Kemudian beliau berkata: “Beginilah saya melihat Rasulullah melakukannya.”

Imam Syafii Ra menganjurkan bagi jamaah untuk berhenti sejenak dan berdoa di putaran terakhir ketika melakukan thawaf wada’. Berdoalah sesuai dengan keinginan karena hal sahabat melakukan itu pada saat mereka memasuki kota Makkah.

Ketika berdoa di Multazam, para jamaah harus menjalani tiga etika, yaitu:

1.    Tidak menyakiti orang lain

Para jamaah wajib menjaga perilaku agar tidak menyakiti orang lain karena hukumnya haram bagi yang melakukan hal tersebut. Dalam kaidah usul fiqih “Quddima al-wajib ala al-mandub” yang bermakan dahulukan yang wajib daripada yang sunah.

2.    Mempersilahkan kesempatan kepada orang lain

Bentuk kepedulian terhadap muslim yang lainnya yaitu dengan tidak memonopolikan lokasi hanya untuk kepentingan dirinya sendiri. Semua muslim mempunyai hak yang sama, jadi dianjurkan bagi para jamaah untuk tidak berlama-lama dalam setiap putaran.

3.    Menjaga kekhusu’an dalam berdoa

Khusu’ dalam berdoa adalah kunci dari dikabulkannya suatu permintaan. Allah SWT tidak akan mengabulkan doa orang yang lalai. “Berdoalah kepada Allah dalam keadaan yakin akan dikabulkan, dan ketahuilah bahwa Allah tidak mengabulkan doa dari hati yang lalai.”

Sumber: Buku Ensiklopedia Peradaban Islam Makkah

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement