Senin 26 Dec 2016 06:27 WIB

Haji dari Menjual Kertas

Rep: mgrol86/ Red: Agung Sasongko
Haji
Haji

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ibnu Mas’un ra adalah seorang pendakwah yang dikenal dengan ceramah dan nasihat-nasihatnya yang bijak. Ia disebut sebaga Wa’izh yang berarti pemberi nasihat.

Ibnu Mas’un banyak mengumpulkan hadistdan karya-karyanya terkumpul dan tersimpan di Perpustakaan Az-Zahiriyah, Damaskus, Suriah. Pada masa awal hidupnya Ibnu Mas’un berkerja disebuah percetakan, hasil upah yang dia terima selain untuk dirinya dia juga memberikannya untuk ibunya.

Pada suatu hari, dia berkerja dan sibuk mencetak kitab dan ditemani ibunya. Sambil tersenyum ia berkata pada ibunya “Wahai ibu aku ingin melaksanakan haji” kata Ibnu Mas’un .

Ibunya berkata “Bagaimana mungkin kita bisa melaksanakan haji sedangkan engkau tidka memiliki apa-apa, dan akupun tidak bisa memberikan apa-apa untukmu. Kita hanya hidup dari upah percetakan ini”. setalah berucap seperti itu ibunya tertidur dan Ibnu Mas’un diam mendengar ucapan ibunya.

Sekitar satu jam kemudian ibunya terbangun, tiba-tiba berkata “Anakku berangkatlah  haji” “Sebelum tidur ibu melarangku , sekarang ibu menyuruh ku melaksanakan haji?” Ibnu Mas’un heran.

“Aku memimpikan Rasulullah saw. Beliau berkata kepada ku agar membiarkanmu melaksanakan haji karena kamu akan mendapat kebaikan di dunia dan akhirat ketika haji” jawab ibunya.

Ibnu Mas’un dangat gembira dan menjual kertas-kertas yang bisa dijualnya. Dia juga menyisihkan uang belanja untuk ibunya. Kemudian dia berangkat bersama rombongan jamaah haji menuju ke Mekah. Sayangnya, di tengah jalan rombongan itu di rampok termasuk semua perbekalan milik Ibnu Mas’un.

Ia dirampok hingga tidak tersisa selembar pakaian pun dibadanya. Ia melihat ada seseorang yang memiliki selandang panjang dan ia memintanya, “Berikanlah kepadaku selendang itu untuk menutupi tubuhku”.

“Ambilah” kata pemilik selendang.

Ibnu Mas’un membagi dua selendang itu, satu untuk menutupi tubuh bagian atas dan satu lagi untuk menutupi tubuh bagian bawah.

Setiap kali dai merasa lapar dan dia lihat ada orang-orang yang sedang makan, ia berdiri melihat mereka dan mereka akan memberikan makanan padanya. Cukup dengan begitu ia dapat makan sehari-hari. Akhirnya, denagn berbagai penderitaan dalam perjalanan haji tersebut ia pun tiba di Mekah.  Dia mencuci selendang itu dan dia jadikan kain ihram.

Dia meminta izin kepada Bani Syaibah agar bisa masuk ke Baitullah. Mereka mengizinkan Ibnu Mas’un kesana. Di dalam Baitullah, Ibnu Mas’un memanjatkan doa, “Ya Allah sungguh engkau Mahatahu akan keberadaan ku tanpa aku beritahu. Ya Allah, berilah aku makanan hingga aku tidak lagi meminta-minta pada orang lain”.

Ia mendengar seorang berdoa dari belakangnya “Ya Allah, dia tidak tahu cara berdoa yang baik kepada-Mu. Ya Allah, berikanlah kepadanya kehidupan tanpa harus ada makanan”.

Ibnu Mas’un menoleh ke belakang tapi tidak dia temukan siapapun. Ia membatin “ Ini pasti Khidir atau malaikat”. Ia pun kembali mengulangi dao, dan suara itu terdengar lagi. terus begitu sampai tiga kali.

Akhirnya setelah dia menyempurnakan ibadah haji, dia kembali ke Baghdad. Sementara itu, pada wakyu yang bersamaan, Khalifah harus mengeluarkan salah satu selir perempuannya. Tai Khalifah masih merasa kasihan selir itu. dia berkata pada pengawalnya “Carilah laki=laki baik yang cocok dengan perempuan ini”.

Dianntara mereka berkata “Ibnu Mas’un baru saja pulang dari haji. Dia pasti cocok dengan perempuan ini”.

Semua orang yang hadir membenarkan perkataan pengawal itu. kemudian, Ibnu Mas’un dihadirkan dan para saksi dihadirkan. Dia dinikahkan dengan perempuan itu. Perempuan itu pulang membawa pakaian, harta dan perhiasan seperti seorang permaisuri.

Pada suatu hari, Ibnu Mas’un duduk diatas kursinya memberikan ceramah di majelis taklimnya. Disitu hadir Abu Fattah bin Qawwas dan duduk disamping Ibnu Mas’un, Abu Fattah bin Qawwas sangat ngantuk dan tertidur. Melihat temannya tertidur Ibnu Mas’un menghentikan cerahmahnya dan melanjutkannya ketika Abu Fattah terbangun.

Ibnu Mas’un berkata padanya “apakah engkau melihat Rasulullah di dalam mimpimu?”

“Ya” jawab Ibnu Qawwas.

Ibnu Mas’un berkata “ karena itulah aku menghentikan ceramahku. Aku takut engkau terbangin dan mimpimu terputus”. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement