Setelah menabung selama sembilan belas tahun pasangan suami istri Gibran Lubay dan Amniasih, bisa ke Baitullah. Mereka bercerita bahwa sejak awal pernikahan, mereka memang bertekad untuk ke Baitullah. Dari hasil gaji mereka yang minim mereka tabungkan di bank. Hanya mengambil seperlunya saja. Gambaran tentang Ka’bah selalu terbayang di benak mereka. Atas seizin Allah akhirnya mereka bisa melaksanakan ibadah haji bersama-sama pada tahun 2005.
Kepergian hajinya, bertepatan dengan musim kelaparan di Jazirah Arab ketika itu, tapi mereka dan rombongan tidak terkena dampak kelaparan.
Amniasih bercerita bahwa atas seizin Allah ia dan rombongan membawa perbekalan yang banyak ketika itu. padahal dari pihak travel mengatakan kepada mereka bahwa di sana pun akan mudah mendapat makan, tapi hati mereka tergerak untuk membawa bekal yang banyak.
“kami bawa beras, buah-buahan, dan makanan-makanan kering ketika itu. Qadarullah kami tidak terkena dampak kelaparan malah sampai kami bisa memberi makan pada rombongan hajin yang lain. Bisa dibilang mereka mampu karena dari haji pluss kan, tapi atas seizin Allah kami bisa sama-sama membantu dan bisa makan bersama” ujarnya.
Menurutnya, itu adalah gambaran bahwa kita tidak bisa memprediksi apa yang akan terjadi. Dan jika Allah berkehendak semua akan terjadi. "Kita harus menyiapkan bekal yang cukup bukan hanya untuk perjalanan haji tapi juga untuk perjalanan akhirat. Mungkin itu salah satu cara Allah untuk menyadarkan kita bahwa kita harus mempersiapkan untuk kehidupan yang lebih kekal. Jangan merasa sudah cukup."
Suatu ketika mereka sedang melaksanakan sa’i, Amniasih dan suami ditubruk dan tertimpa orang Afrika yang bertubuh sangat besar. Dengan spontan Amniasih dan suami menangkap orang itu hingga orang itu tidak terjatuh ke lantai. Menurutnya, secara logika dia dan suami tidak mungkin kuat menahan berat tubuh orang Afrika tersebut.
“Mungkin ini juga isyarat dari Allah bahwa kami mampu menghadapi beban hidup, asalkan bersama-sama. Terlebih ketika itu aku baru sembuh dari kanker stadium 4, tapi atas seizin Allah aku bisa sembuh total dan atas dukungan suamiku juga” ungkapnya sambil menitikkan air mata.
Ia juga menceritakan tentang pengalamannya selama beribadah haji selalu dipertemukan oleh anak-anak kecil usia tiga sampai lima tahun. “Pernah ketika aku habis wudhu di Masjidil Haram, ada anak kecil Arab dia hampiri aku, dia nunjuk-nunjuk botol minum ditangan aku. Aku kasih dia botol itu tapi dia gak mau, dia maunya aku yang kasih dia minum langsung dengan tanganku, selesai minum anak itu senyum manis banget dan langsung lari-lari, ” kisahnya.
Pada tahun 2012, mereka berhasil mengumpulkan uang lagi untuk beribadah umrah. Pada ibadah kali ini ia selalu dikerumuni oleh anak-anak Arab yang manis dan selalu mengajaknya bermain.
“Aku di rumah selalu senang sama anak-anak dan sering mengumpulkan anak-anak dan ini terulang lagi di Tanah Suci. Aku selalu berpikir apa ini isyarat dari Allah bahwa aku masih kurang kasih sayang sama anak-anak atau aku harus selalu istiqomah sayang sama anak-anak kecil ya. Aku gak tahu, itu yang masih jadi pertanyaanku sampai sekarang” ungkapnya.
Amniasih berpesan “Untuk yang belum ke Baitullah, kita harus bertekad menabung dan rajin berdoa, shalat malam dan ibadah-ibadah sunnah lainnya. Ibadah ini hendaknya ilakukan supaya ketika di sana ( di tanah suci) tidak kaget melaksanakan ibadah. Mengingat ganjaran pahala yang Allah kasih berlipat ketika kita beribadah di Tanah Suci” tutupnya.