IHRAM.CO.ID, Sesungguhnya Allah SWT menyukai umat-Nya beribadah secara ajeg. Tak heran jika Rasulullah tak mencontohkan agar kita menggebu-gebu di satu waktu lantas kendor setelahnya. Contoh yang sama semestinya kita tiru pula ketika selesai berumrah.
Akan tetapi, ada saja jebakan duniawi yang membuat umat menjadi luntur semangat ibadahnya begitu berhadapan dengan aktivitas sehari-hari di Tanah Air. Bagaimana cara menghindarinya?
Ustaz Budi Prayitno mengingatkan agar umat tak merasa ge-er dengan pencapaiannya bisa Tanah Suci. Ada kalanya, orang tergoda untuk merasa spesial lantaran menjadi orang pilihan-Nya untuk mengunjungi Tanah Suci. "Jangan sampai terlena dengan rasa gembira itu," ujar Direktur Mi'raj Tour and Travel, Bandung, Jawa Barat ini.
Ada juga orang yang menjadi jemawa setelah mengingat-ingat aktivitas ibadahnya selama pergi umrah. Mereka lantas mencoba menghitung-hitung jumlah pahala yang mungkin terdulang. Satu kali shalat di Masjidil Haram, contohnya, bernilai pahala 100.000 kali lipat.
Ustaz Budi mengingatkan agar umat tak lantas merasa sempurna dengan pencapaian tersebut. Kalkulasi ibadah seperti itu sebaiknya diiringi pula dengan kerendahhatian. "Berdoalah agar amalan tersebut diterima Allah," ujarnya.
Berikutnya, jaga keistikamahan dengan menegakkan shalat di awal waktu. Ingatlah, shalat dapat mencegah kemungkaran. "Jaga shalat agar dijauhkan dari kezaliman," ucap ustaz Budi.
Selanjutnya, ustaz Budi menyerukan agar orang-orang yang baru pulang umrah untuk membiasakan diri mengaji dan berkumpul dengan orang-orang saleh. Datangi majelis ilmu. "Mengingat hati dapat terbolak balik, kita harus mengasah kemampuan menjaga semangat keislaman agar tak luntur," tutur ustaz Budi.
Merasa tak punya cukup waktu? Terapkanlah prinsip yang sama dengan menabung atau berinvestasi. "Sisihkan waktunya, beli waktu untuk bisa bergabung dengan orang-orang saleh," kata ustaz Budi yang pada 25 Februari-6 Maret lalu mendampingi keluarga besar Elcorps pergi umrah.