IHRAM.CO.ID, SAMPIT -- Kerajinan tasbih berbahan kayu gaharu asal Desa Telaga Baru, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah merambah pasar eskpor. Saat ini, pemasarannya sudah mampu menembus ke pasar luar negeri, khususnya Arab Saudi dan Timur Tengah.
"Memang bukan langsung saya. Tapi ada pembeli tetap dari Jakarta yang kemudian mengirimnya ke Arab Saudi dan Tiongkok. Setiap bulan itu bisa satu sampai dua kali pengiriman," kata Rofi, perajin tasbih gaharu di Sampit, Selasa (28/3).
Sejak tujuh tahun lalu, Rofi mulai menekuni pembuatan tasbih gaharu. Itu pun berawal dari saat dia membuatkan pesanan untuk kenalannya. Namun, ternyata tahbih gaharu buatannya itu, banyak yang tertarik. Bahkan, kini pembeli tetapnya yang memasarkan hingga ke luar negeri.
"Tasbih gaharu sama seperti tasbih pada umumnya. Hanya, ciri khasnya adalah warna hitam mengkilap dan bau gaharu yang sangat harum. Saat digunakan dan tergesek jari, bau wangi gaharu makin tercium," ucap dia.
Saat ini, tasbih gaharu buatan Rofi dibuat dua versi. Ada yang butiran tasbih berjumlah 99 butir yang dipasarkan ke Arab Saudi untuk digunakan umat Islam dan ada pula yang berjumlah 108 butir berukuran lebih besar yang dipasarkan ke Tiongkok yang biasanya digunakan umat Budha.
Tasbih gaharu 99 butir dijual Rp 150.000 per tasbih. Sedangkan, tasbih 108 butir dihargai lebih dari dua kali lipat, tergantung kualitas kayu gaharu.
"Harganya memang lebih mahal dibanding tasbih biasa, karena tasbih ini berbahan dasar kayu gaharu yang saat ini makin sulit didapat. Bahkan sampai di luar negeri, kabarnya harga tasbih gaharu bisa mencapai jutaan rupiah," ujarnya.
Biasanya Rofi membuat tasbih gaharu sesuai pesanan. Kini, dia dibantu beberapa orang karyawan karena terkadang ada permintaan mendadak dalam jumlah cukup banyak. Untuk bahan dasar berupa kayu gaharu, Rofi biasanya membeli dari warga yang datang menjual gaharu ke rumahnya dengan harga Rp 50 ribu per kilogram.
"Untuk pasaran lokal memang cukup sulit. Kalau pun ada, itu sedikit. Yang banyak itu dikirim ke Arab, meski terkadang pembeli di sana juga warga Indonesia yang membawa pulang ke tanah air sebagai oleh-oleh sepulang ibadah haji atau umrah," kata Rofi.
Kendala yang dirasakan saat ini adalah cukup sulit mendapatkan bahan baku kayu gaharu. Selama ini warga mendapat kayu gaharu dari sisa-sisa kebakaran lahan di hutan.