Rabu 12 Apr 2017 16:29 WIB

Sektor VII Masjidil Haram, Pintu untuk Jamaah Indonesia

Suasana di depan Masjidil Haram, Makkah (Ilustrasi)
Foto: ROL/Sadly Rachman
Suasana di depan Masjidil Haram, Makkah (Ilustrasi)

IHRAM.CO.ID, Masjidil Haram, termasuk pelatarannya yang dapat menampung satu juta orang, membuat jamaah haji Indonesia banyak yang tersesat ketika hendak kembali ke pondokan mereka. Tiap hari, rata-rata lebih dari 150 jamaah haji Indonesia, tersesat di masjid ini, saat hendak pulang ke pondokan mereka.

Koordinator Tim Pembimbing Haji Indonesia (TPHI) Bambang Pranowo mengatakan, untuk mengantisipasinya, di depan pintu timur Masjidil Haram, TPHI telah membentuk satu sektor khusus yakni Sektor VII. "Sektor inilah yang paling sibuk melayani para jamaah Indonesia dibanding sektor-sektor lain," katanya kepada seperti dikutip Republika di Makkah, Jumat, (6/5/94)

Kepala Sektor VII H Usman mengatakan, untuk menangani para jamaah yang sesat, mereka dibantu 17 tenaga mukimin (orang Indonesia yang bermukim di Arab Saudi). Mereka bekerja 24 jam dan dibagi dalam dua kelompok.

"Jumlah petugas itu sebenarnya sangat kurang. Soalnya, kami harus mengantarkan para jamaah haji itu ke maktab (pondokan) yang kadang-kadang agak jauh dari Masjidil Haram," kata H Usman.

Karenanya, dia minta, agar kendaraan untuk mengembalikan para jamaah ke maktab diperbanyak. Memang, ada kesepakatan, bagi para jemaah yang tersesat dipulangkan ke pondokan dengan kendaraan. Namun, karena kendaraan sulit mereka tidak sabar harus menunggu satu-dua jam. Akibatnya, petugas harus mengantarkan mereka dengan berjalan kaki.

Mereka yang tersesat itu rata-rata berusia 50 tahun ke atas, antara 75 dan 80 tahun. Umumnya, mereka tersesat setelah umrah dan shalat berjamaah. Dan saat yang paling padat terjadi pada shalat Maghrib hingga tengah malam. TPHI dalam operasi haji di Arab Saudi menetapkan 3 Daerah Sektor (Dakar) yaitu Dakar Jeddah, Makkah dan Medinah serta Posko Arafah-Mina.

Di setiap Dakar terdapat beberapa sektor dan tiap sektor ada beberapa maktab. Sektor VII, yang paling sibuk, justru tidak memiliki maktab karena bertugas menolong jamaah yang tersesat di Masjidil Haram.

Padati Mekah

Dari pantauan Republika, Kota Makkah sudah semakin padat didatangi para jamaah haji seluruh dunia. Akibatnya, setiap waktu shalat masjid tersebut tidak dapat menampung jamaah. Banyak jamaah haji yang shalat di pelataran mesjid maupun di jalan-jalan. Sebagai contoh, pada saat shalat Jumat (6/5), pukul 09.00 waktu setempat, Masjidil Haram sudah penuh sesak, tak mampun menampung jamaah lagi.

Sementara itu Pemerintah Kerajaan Arab Saudi sendiri telah mengeluarkan seruan agar pedagang dan sopir taksi tidak menaikkan harga dan tarif selama musim haji. Konjen RI di Jeddah, Lillahi Sidharta kepada Republika kemarin (6/5) menyatakan, larangan ini dikeluarkan untuk menghormati para tamu Allah yang akan menunaikan rukun Islam kelima.

Meski jumlah jamaah haji terus meningkat, tapi harga-harga barang, termasuk makanan dan minuman, di Arab Saudi relatif stabil, tidak banyak terpengaruh. Ini mengingat pemerintah memberikan keringanan terhadap masuknya bahan-bahan kebutuhan pokok dengan membebaskan bea masuk. Contohnya, harga nasi rames hanya 5 riyal atau sekitar dan ini cukup mengenyangkan untuk sarapan. Kalau lauknya mau lebih banyak lagi cukup 10 riyal. "Apalagi, di Saudi 'tidak ada harganya' dalam arti tidak dimasukkan pada harga dan kita bisa meminta sebanyak-banyaknya," kata salah satu jamaah haji, Sidharta.

Selain harga kebutuhan pokok, kurs dolar terhadap riyal Arab Saudi selama 10 tahun ini juga stabil. Saat itu, satu dolar AS nilainya RS 7,75. Kepada para calon haji Indonesia, Konjen menganjurkan agar sebelum berangkat mereka menukarkan rupiahnya dengan dolar. "Bukan uang rupiah tidak bisa ditukarkan dengan riyal di Arab Saudi, tapi lebih menguntungkan kalau membawa dolar," ujarnya. Demikian pula disarankan agar yang hendak kembali ke tanah air lebih baik menukarkan riyalnya dengan dolar, daripada membawa riyal.

Arab Saudi yang merupakan negara petro dolar, mungkin merupakan negara yang paling murah harga bensinnya di dunia. Harga satu liter air mineral nilainya sama dengan tiga liter bensin. Harga satu botol Aqua isi 0,65 liter RS 1.

Namun, jangan disangka Arab Saudi kekurangan air, karena penyediaan air merupakan prioritas pembangunan Arab Saudi. Di pondokan jamaah Indonesia, pasokan air tidak pernah berhenti. Pasalnya, orang Indonesia terbiasa mandi dua kali sehari. Berlainan dengan orang Arab Saudi. "Kalau saya sebutkan mereka mandi seminggu sekali, nanti jadi tidak enak," katanya. Menurut Konjen mereka lebih banyak menggunakan air untuk wudhu. Untuk membersihkan badan seringkali mereka cukup membasuh dengan handuk basah.

Untuk meningkatkan pelayanan haji, pemerintah Arab Saudi telah mengoperasikan 4.000 buah bus AC merek Mercedes Benz yang dibeli dari Jerman. Bus-bus itu beroperasi sejak kedatangan jamaah haji di Bandara Raja Abdul Azis, Jeddah, sampai perjalanan ke Makkah, Medinah dan saat-saat ke Mina, Arafah, Muzdalifah dll. Sebagai contoh, setiap kloter jamaah haji Indonesia yang tiba di Jeddah, sebanyak 500 jamaah, mereka diangkut dengan 10 buah bus tersebut, baik ke Medinah maupun ke Makkah.

Air Zamzam di Juanda

Pelayanan khusus kepada para jemaah haji embarkasi Juanda, Surabaya berupa jatah air Zamzam, sejak Rabu (4/5) telah tiba di Asrama Haji Sukolilo. Sebanyak 770.860 liter air Zamzam yang dikemas dalam jerigen plastik 10 literan itu, memang disediakan sebagai jatah para jemaah haji sepulang mereka ke tanah air.

Sepulang dari Tanah Suci, setiap jmaah nantinya akan mendapat jatah air Zamzam sebanyak 10 liter. Pelayanan khusus terhadap para jamaah haji ini merupakan hasil kerja sama Departemen Agama dan Pemerintah Kerajaan Saudi. Tujuannya, untuk memudahkan para jemaah haji, supaya tidak repot-repot membawa air Zamzam.

Air Zamzam yang dibawa dari Tanah Suci itu diangkut oleh pesawat Garuda dalam penerbangan pulang setelah mengantar para calon jamaah. Soal berapa banyak air Zamzam yang harus diterbangkan ke Indonesia, Pemerintah Saudilah yang mengaturnya. Air Zamzam bagi para jamaah haji ini boleh dikata merupakan satu-satunya barang 'wajib' yang harus dibawa pulang untuk oleh-oleh dari Tanah Suci.

sumber : Disarikan dari Pusat Dokumentasi Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement