Selasa 16 May 2017 09:35 WIB

Naik Haji dari Kopiah Haji

Kopiah atau peci (Ilustrasi)
Foto: ANTARA/Reza Fitriyanto
Kopiah atau peci (Ilustrasi)

IHRAM.CO.ID, Usaha pasangan H Moh Adam dan Hj Umo Hamidah--pengusaha konfeksi yang membuat kopiah haji dan busana Muslim di Desa Botoran, Kota Tulungangung, Provinsi Jatim--terbilang sangat cepat melambung. Dalam waktu sekitar empat tahun ia sudah mendapatkan kepercayaan banyak pelanggan. Berbagai pedagang dari kota besar dan mancanegara memesan hasil kerajinannya. Omzetnya pun mencapai ratusan juta rupiah per bulan.

Sebelum sukses sebagai pengusaha kopyah haji, Adam menggeluti usaha kemasan. Kemudian dia mulai tergerak terjun di dunia konfeksi pada 1989, setelah melihat istrinya jatuh pailit menggeluti konfeksi. Kepailitan itu lantaran hasil dagangan pakaian sang istri tidak dibayar oleh sejumlah rekanan bisnisnya. "Dari rasa cinta saya dengan istri, usaha kemasan saya tinggalkan. Untuk membantu istri dalam bidang konfeksi," kata Adam.

Untuk kembali membangun usaha konfeksi, ia bersama istrinya membuat sprei bordiran. Tampaknya, setelah menekuni pembuatan bordiran, Adam bersama istrinya mendapat kemajuan. Dalam waktu relatif, pada 1992, ia langsung mendapat pesanan dari seorang eksportir di Surabaya. Pada tahun itu pula, ia mencoba membuat kopiah haji. Karena kala itu pembuatan koyah haji masih belum banyak diminati. Kalaupun ada itu dilakukan pengusaha di Bangil (Jatim) dan Tasikmalaya (Jabar).

Namun, pengusaha di dua daerah itu masih belum menggarap secara profesional. Produk kedua daerah itu masih berupa kopyah haji tradisional, yakni hanya berupa putih polos, tanpa ada paduan motif yang modis. "Melihat hal itulah kami mencoba membuat kopyah dengan desain baru. Yaitu kopyah haji yang dengan warna warni, dan motif bordiran," kenang Adam mengawali usaha pembuatan kopyah.

Produk kopiah haji buatan Adam ternyata disukai oleh berbagai lapisan masyarakat. Baik itu masyarakat muslim di Tanah Air maupun di mancanegara. Terbukti hasil produknya, dari bulan ke tahun bertambah permintaannya. Malahan, permintaan tak hanya model-model dalam negeri. Oleh eksportir, juga diminta membuat model kopyah haji dari berbagai negara lain. "Saya tak menduga jika usaha pembuatan kopyah haji bakal cepat membesar," kata Adam.

Semula, pesanan kopiah haji di dalam negeri hanya berkisar antara 300-500 kodi dalam jangka empat bulan. Kini, dalam kurun yang sama, permintaan bisa mencapai 1.500 kodi sampai 2.000 kodi. Sedangkan permintaan manca negara semula hanya sekitar 3.000 kodi sampai 4.000 kodi per tahun, kini bisa mencapai 10 ribu kodi sampai 12 ribu kodi. Malahan tahun ini, lanjut Adam, permintaan mencapai 25 ribu kodi dari Arab Saudi.

"Alhamdulillah, berkat keberhasilan pembuatan kopiah haji, kami berdua (bersama istri) bisa menunaikan haji tahun ini. Jadi, sekali lagi, kami menganggap bahwa usaha ini direstui Allah," tutur Adam mensyukuri usaha yang kini tengah direguknya itu.

Setelah menangguk sukses melalui usaha pembuatan kopiah haji, Adam kini telah mendapat order pembuatan busana muslim untuk kebutuhan Sekolah Taman Pendidikan Alquran (TPA) di wilayah eks Karesidenan Kediri. Order pembuatan pakaian muslim TPA ini sudah berlangsung sejak dua tahun lalu. Kecuali itu, kini juga tengah melakukan negosiasi dengan sejumlah biro pemberangkatan haji untuk pembuatan suvenir haji. Di antaranya sabuk haji, baju ihram dan lainnya.

"Insya Allah, kami juga melayani pembuatan suvenir haji. Usaha ini tengah kami jajaki bersama sejumlah biro pemberangkatan haji dan pihak perbankan yang menerima ongkos naik haji," katanya.

sumber : Disarikan dari Pusat Dokumentasi Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement