IHRAM.CO.ID, Allah SWT menjamin pahala besar bagi haji mabrur. Dalam hadits riwayat Al Bukhari, Rasulullah SAW pernah bersabda, “Tidak ada pahala untuk haji mabrur kecuali (surga) Firdaus.”
Mabrur melibatkan dua hal perilaku baik terhadap orang-orang, yakni memenuhi kewajiban terhadap orang lain dan memberikan orang lain apa yang menjadi haknya. Rasulullah SAW pernah ditanya, apa yang membuat seseorang menjadi haji mabrur? Lalu beliau pun menjawab, menyediakan makanan untuk orang-orang dan menyebarkan salam.
Sepuluh hal di bawah ini mungkin dapat dijadikan pacuan bagi jamaah agar memperoleh haji mabrur seperti dilansir dari //Arab News// beberapa waktu lalu.
1. Ketulusan: Ketulusan karena Allah SWT dalam mencari pahala di setiap ibadah dan perbuatan baik, termasuk ketika berhaji. Seseorang hendaknya berniat tulus ketika menunaikan rukun Islam kelima tersebut dan bukan demi hasrat pamer semata.
2. Persiapan haji: Bagi para petugas haji, diharapkan dapat melaksanakan tugasnya dengan baik yakni melayani jamaah. Petugas sebaiknya tidak mengutamakan ibadah haji pribadinya dan mengabaikan tugas pokoknya untuk melayani jamaah. Pelayanan yang baik oleh petugas terhadap tamu Allah SWT niscaya dapat membuat pahala hajinya diterima Allah SWT.
3. Simbol Kesucian: Tujuan dan hikmah haji adalah menunjukkan cinta dan penghambaan umat Islam terhadap Allah SWT. Seperti halnya tertuang dalam Alquran Surah Al Hajj ayat 32, “Demikianlah (perintah Allah). Dan barangsiapa mengagungkan syiar-syiar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati.”
4. Perilaku baik: Dalam proses berhaji, setiap jamaah harus menjaga dan menjalani setiap aturan yang ditetapkan. Misalnya saat memulai ritual haj, jamaah harus berada dalam keadaan ihram, tidak melakukan hubungan seksual, menjaga ucapan dan tindakan, menahan amarah, menghindari argumentasi, perselisihan, dan sengketa selama haji.
5. Pengingat hari akhir: Haji mengingat umat Muslim mengenai kondisi di Hari Akhir. Misalnya saat wukuf di Arafat di mana mengingatkan manusia betapa kerdilnya mereka di hadapan Allah SWT. Pakaian ihram yang dikenakan jamaah diibaratkan sebagai kain kafan. Besarnya gelombang manusia di tempat tersebut diibaratkan sebagai gambaran saat di Padang Mahsyar kelak. Di Hari Pembalasan nanti, manusia akan menghadapi pengadilan terkait amal baik dan buruknya selama di dunia.
6. Tunduk kepada Allah SWT: Jamaah dilatih tunduk dan menaati Allah SWT serta meninggalkan kesenangan duniawi. Hal ini tercermin ketika berhaji, jamaah diminta menggunakan pakaian ihram dan melepaskan segala perhiasan dari tubuh mereka.
7. Merasa bersaudara: Para jamaah haji berasal dari berbagai negara, ras, dan kebangsaan. Semuanya berkumpul di satu tempat dan waktu yang sama. Busana yang digunakan pun sama yaitu pakaian ihram berwarna putih. Meski berasal dari penjuru dunia berbeda, mereka melafalkan kalimat Talbiyah untuk tujuan sama yaitu bentuk kepercayaan kepada Allah SWT. Di waktu tersebut, muncul rasa cinta dalam diri mereka sebagai saudara seiman yang pada gilirannta menjadi dorongan untuk mengenal satu sama lain, bekerja sama, bertukar pikiran, nasihat, dan cerita.
8. Napak tilas masa lalu: Haji merupakan ibadah yang mengingatkan Muslim terhadap sejarah Islam di masa lalu. Tepatnya saat Allah SWT memerintahkan Nabi Ibrahim AS menyembelih putranya Nabi Ismail AS, pembangunan Kabah, hingga kehidupan Nabi Muhammad SAW di dua kota suci, Makkah dan Madinah.
9. Sebagai pengingat Allah SWT: Jamaah yang merenungkan ritual haji, terutama saat pelafalan kalimat Talbiyah, Takbir, Tahlil, akan merasa lebih dekat dengan Allah SWT. Hal ini tertuang dalam Alquran Surah Al Baqarah ayat 198, “Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (rizki basil perniagaan) dari Rabb-mu. Maka apabila kamu telah bertolak dari Arafat, berzikirlah kepada Allah di Masy’arilharam. Dan berdzikirlah (dengan menyebut) Allah sebagaimana yang ditunjukkan-Nya kepadamu, dan sesungguhnya kamu sebelum itu benar-benar termasuk orang-orang yang sesat.”
10. Disiplin: Ingatlah, bahwa haji mampu menghapus dosa terdahulu. Saat kembali dari berhaji, seseorang akan kembali dalam keadaan fitrah, sama seperti saat dilahirkan dari rahim ibu. Untuk itu, setiap jamaah disarankan memanfaatkan kesempatan ini. Bukalah halaman baru, lakukanlah perbuatan baik dalam keteguhan hati tinggi semata hanya demi ridha Allah SWT. Ulama dan cendekiawan Muslim yang hidup pada masa awal kekhalifahan Umayyah Al-Hasan Al-Bashri pernah berkata, “Haji mabrur pantang kembali ke kesenangan duniawi dan lebih menginginkan akhirat.”