Sedangkan, ketika melongok ke dalam ruangan yang di atasnya berdiri menara keadilan, di situ diterangkan oleh Sulaiman, bahwa tempat ini dahulu menjadi pusat pengaturan kekuasaan Otoman yang pada jayanya sempat mempunyai wilayah setengah dunia. Di tempat itulah para ‘pasha’ (menteri) dan petinggi kerajaan lainnya bermusyawarah. Sultan biasanya duduk disebuah kursi yang ada di bagian tengah ruangan.

“Nah, di bagian atas ruangan itu, terdapat sebuah jendela kecil yang menghadap luar. Apa guna jendela itu? Jadi dahulu ketika Sultan tak mengikuti musyawarah maka dia bisa duduk mendengarkan isi perbincangan para pasha dari arah luar tembok. Untuk menandakan bahwa Sultan mendengarkan pembicaraan meski tak ada di dalam ruangan, maka dia memberikan isyarat mulai ‘berdehem’ atau batuk-batuk kecil,’’ kata Sulaiman seraya mengatakan setelah musyawarah maka petugas notulen rapat akan memberikan rangkumannya kepada Sultan untuk dikoreksi.

Pada bagian dalam, di sebelah sayap bagian kanan, terdapat sebuah bangunan yang memanjang. Sulaiman mengatakan itu merupakan bangunan atau kompleks dapur yang di zaman keemasnnya dapur itu terdiri dari para koki yang melayani kebutuhan makan dan minum penghuni istana yang mencapai 6000 orang.’’Kokinya mencapai ribuan orang yang bekerja bergiliran selama 24 jam,’’ ujarnya.

Sebelum masuk ke bagian utama Istana, yakni tempat tinggal Sultan, di bagian tengah lantai ada sebuah tempat untuk menacapkan bendera.  Lokasi ini menjadi punya arti penting karena di situlah dahulu pusat upacara pemberangkatan pasukan sebelum bala tentara Otoman memulai ekspedisi.

‘’Ketika bendera ditancapkan dan setelah mars tentara dialunkan, maka sebelum bendera dicabut untuk di bawa ke medan perang, para ulama, bersama raja, dan para komandan tentara mengucapkan doa bersama. Mereka berdoa memanjatkan keselamatan dan kejayaan,’’ kata Sulaiman.

Ikuti Whatsapp Channel Republika