Senin 31 Jul 2017 17:41 WIB

Menikmati Sambal Terasi di Saudi

Wartawan Republika, Ani Nursalikah
Foto: dokpri
Wartawan Republika, Ani Nursalikah

IHRAM.CO.ID,  Oleh: Wartawan Republika, Ani Nursalikah

Sayur asem, ikan goreng, teri balado, lalap dan sambal terasi. Membayangkannya saja air liur sudah menetes. Nikmatnya!

Menu di atas dengan gampang bisa didapatkan di Tanah Air. Tinggal pergi ke warteg atau warung nasi. Mudah, murah, dan kenyang.

Namun, saat berada di Tanah Suci, menu makanan itu menjadi hal yang langka. Apalagi sambal terasi. Asyiknya, dapur Daker Madinah menyajikan sambal terasi bagi Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH). Alhamdulillah.

Setiap hari, tiga kali sehari, dapur di Daker Madinah menyajikan makanan bagi para petugas haji. Dan sambal selalu tersedia. Tak ketinggalan kerupuk warna-warni.

Sebelum berangkat ke Tanah Suci sebagai tim Media Center Haji, percakapan soal makanan apa yang akan dibawa memenuhi grup Whatsapp. Masing-masing memposting foto makanan yang akan dibawa. Ada kering kentang, sambal terasi, sambal roa, sambal bawang dan abon. Rekan yang berasal dari daerah juga membawa makanan khas daerahnya.

Memang sambal tidak terpisahkan dari lidah orang Indonesia. Tak lengkap rasanya menyantap makanan jika ulekan sambal absen di piring. Tak heran pula jika cabai jadi salah satu komoditas penyumbang inflasi di Indonesia.

Manajer Operasional PT Alyasirah al-Arabiyah for Catering Doni Syarif Pratomo mengatakan, hanya ada dua bahan makanan yang tidak bisa diproduksi di Arab Saudi. Teri dan terasi harus didatangkan dari Indonesia.

"Mereka bisa memproduksi beragam bahan makanan yang ada di dunia, bahkan sawi hijau dan bayam. Tapi, terasi dan ikan teri itu original Indonesia," katanya saat berbicang, Ahad (30/7).

Ada seorang rekan wartawan dari sebuah media online. Sebagai penggemar sambal, ia bahkan membawa sambal tabur level 15 empat botol. Tiap makan ke lantai empat botol berisi sambal kering itu ia bawa.

"Buat pedes-pedes aja di lidah pas makan," katanya.

Tapi dua hari terakhir botol itu nangkring di meja makan lantai empat. Kata teman, botol itu memang sengaja ditinggal.

Penulis sendiri juga membawa sambal. Ada sambal terasi sachet, saos sambal dan sambal tabur level dua dan tiga. Jumlahnya tak banyak memang. Tapi cukuplah.

Memang lidah Indonesia ini unik. Kemana pun tetap sambal yang dicari.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement