Senin 31 Jul 2017 21:14 WIB

Menyorot Persiapan Haji Tahun 2017

Kedatangan kloter pertama jamaah haji Indonesia embarkasi Medan di Bandara Amir Muhammad Bin Abdulaziz, Madinah, Jumat (28/7).
Foto: Republikaa/Ani Nursalikah
Kedatangan kloter pertama jamaah haji Indonesia embarkasi Medan di Bandara Amir Muhammad Bin Abdulaziz, Madinah, Jumat (28/7).

Oleh: Singgih Handoyo*, Penulis dan Pemerhati Penerbangan

Musim haji tahun 2017/1438 H ini memang berbeda dibanding tahun-tahun sebelumnya. Setidaknya dalam empat tahun terakhir. 

Jumlah jamaah haji Indonesia tahun 2017 mencapai 221 ribu orang. Padahal sejak 2013 hingga 2016, jumlah jamaah haji Indonesia mengalami penurunan sekitar 20 persen akibat pemangkasan kuota haji oleh Pemerintah Arab Saudi terkait perluasan dan pembangunan kompleks Masjidil Haram di Mekkah.

Pemulihan dan peningkatan kuota haji 2017 ini patut disyukuri bersama, karena menambah jumlah calon jemaah haji dan bakal mengurangi daftar tunggu haji. Bagi stake holder, peningkatan kuota haji ini wajib “diamankan” agar pelaksanaan perjalanan haji berjalan lancar, nyaman dan aman meski jumlah jemaahnya bertambah. 

Masing-masing subsektor dalam penyelenggaraan haji sedari awal telah melakukan persiapan-persiapan dan koordinasi secara intens, baik dari sisi sistem komunikasi dan data haji, perbankan, pemondokan, katering, transportasi, kesehatan, pabean, karantina dan lain-lain.

Wujud kesiapan dan koordinasi mantap dari stakeholder penyelenggaraan haji tahun ini, salah satunya terkait pemindahan kegiatan penerbangan haji dari Bandara Halim Perdanakusuma ke bandara Soekarno-Hatta dalam waktu singkat dan berjalan lancar.

Hasilnya, kinerja penerbangan haji mencapai ketepatan waktu (OTP) 100 persen. Demkian pula pemberangkatan haji di sembilan embarkasi lain juga berlangsung tepat waktu. 

“Keberhasilan ini dapat dikatakan luar biasa mengingat, penerbangan dari Jakarta mengalami pemindahan dari Bandara Halim Perdanakusuma ke Bandara Soekarno-Hatta,” kata Dirjen Perhubungan Udara Agus Santoso kepada media.

Ini berkat kerjasama yang baik dari seluruh stakeholder, mulai dari regulator, operator bandara, AirNav Indonesia dan maskapai, tambahnya.

Sebenarnya memindahkan kegiatan operasi penerbangan bukanlah perkara mudah. Apalagi dilakukan dalam waktu singkat. Sekalipun jarak antara Bandara Halim Perdanakusuma dan Bandara Soekarno-Hatta relatif tidak jauh. Tapi bukan itu masalahnya.

Berbagai aspek penerbangan harus tetap disiapkan, termasuk logistik penerbangan, ketersediaan slot time, dukungan regulator, koordinasi dengan otoritas penerbangan Arab Saudi dan lain-lain.

Airnav Indonesia berupaya untuk mengoptimalkan layanan navigasi penerbangan, sehingga dapat melayani tambahan penerbangan hajiyang dialihkan ke Bandara Soekarno-Hatta.

Rata-rata setiap hari akan ada empat penerbangan haji Saudi Arabian Airlines dan dua penerbangan haji Garuda Indonesia.

"Menurut hitungan kami, dengan maksimal melayani 80 penerbangan reguler dan satu penerbangan irregular setiap jamnya, masih tertampung dalam slot di Bandara Soekarno-Hatta,” kata Sekretaris Perusahaan Airnav Indonesia, Didiet KS Radityo.

Sementara terkait dengan pengoperasian pesawat haji Garuda jenis B-777-300ER di Bandara Minangkabau, Padang sesuai dengan surat Dirjen Perhubungan Udara nomor : AU.201/37/10//DRJU-DIRJEND- 2017, tanggal 28 Juli 2017 mengizinkan pengoperasian Boeing 777-300ER di Bandara Minangkabau menggunakan towing yang telah diatur dalam persyaratan khusus, antara lain kecepatan towing car maksimal lima kts.

Petugas towing memiliki kompetensi dan familiar terhadap lingkungan Bandara Minangkabau Padang. Ada petugas wingman di kedua sisi pesawat. Menggunakan alat komunikasi antara petugas towing dengan menara. Dan terakhir adalah adanya cadangan towing car di Bandara Minangkabau Padang.

Sebelumnya, pihak Otoritas Bandara Minangkabau, Garuda Indonesia dan Ditjen Perhubungan Udara telah melaksanakan Risk Assessment dan proofing flight, serta membuat dua simulasi atas penggunaan pesawat B-777-300 ER untuk penerbangan haji di Bandara Minangkabau pada Kamis (27/7).

Pertama, melakukan turning di ujung landasan. Dan kedua, melakukan towing test pada pesawat. Kedua cara itu adalah sesuai/mengacu prosedur dan keselamatan penerbangan. Risk Assessment tersebut juga diiikuti ahli/expert dari Boeing.

Adapun dasar pertimbangan mengizinkan pengoperasian B-777-300ER di Bandara Minangkabau menggunakan towing yang telah diatur dalam persyaratan khusus adalah hasil evaluasi terhadap Hazard Identification and Risk Assement (HIRA) pengoperasian pesawat B-777-300ER di Bandara Minangkabau Padang.

Proofing flight yang dilaksanakan tanggal 27 Juli 2017 pukul 12.50 WIB. Pelaksanaan towing test tanggal 27 Juli 2017 pukul 23.00 WIB.

Hasil on site evaluation yang dilakukan bersama dengan expert Boeing tanggal 27 Juli 2017 pukul 23.30 WIB. Dan yang terakhir adalah aspek kelancaran angkutan penerbangan haji 2017.

Ini semua adalah wujud dari koordinasi intens stakeholder penyelenggaraan haji sebagai bagian dari manajemen penyelenggaraan hajiIndonesia demi pelaksanaan perjalanan haji yang lancar, nyaman dan aman meski jumlah jamaahnya meningkat.

*Penulis dan Pemerhati Penerbangan

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement