IHRAM.CO.ID, MAKKAH -- Pemerintah Arab Saudi melalui Muassassah al-Muthawif Asia Tenggara menegaskan akan memberikan pelayanan terbaik baik jamaah haji Indonesia. Wakil Kepala Muassasah al-Muthawif Asia Tenggara, Yousif A Jaha, mengatakan, secara umum banyak peningkatan pelayanan yang akan diberikan untuk jamaah pada musim haji tahun ini dibandingkan dengan tahun lalu.
“Tahun ini banyak perubahan (pelayanan), jamaah akan menyaksikan sendiri,” kata dia usai menggelar rapat koordinasi dengan Kepala Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi di Makkah, seperti dilaporkan Wartawan Republika.co.id, Nashih Nashrullah, dari Makkah, Arab Saudi, belum lama ini.
Pria berdarah Serang, Banten, ini menyebutkan, di antara perbaruan pelayanan itu adalah pergantian tenda-tenda untuk keperluan wukuf di Arafah, pemasangan alat pendingin udara di beberapa titik yang bisa menyemprotkan air untuk mengantisipasi cuaca panas ekstrem. “Pengadaan fasilitas tersebut belajar dari pengalaman tahun-tahun lalu,” tutur dia.
Sementara, menyikapi banyaknya jamaah haji Indonesia risiko tinggi (risti), dia mengatakan, fasilitas juga telah disiapkan. Saudi menjelaskan, sebanyak 12 ribu karpet baru disediakan untuk jamaah haji selama berada di Muzdalifah dan menyiapkan batu-batu sejak ada di kawasan ini agar memudahkan jamaah. “Insya Allah kami berikan yang terbaik,” kata dia.
Dia mengatakan, untuk persiapan Arafah Mina, dia meminta muasasah dari Asia Tenggara, Afrika, dan Irak secepatnya menyiapkan jadwal pelemparan jamarat. Ini dengan tujuan agar segera bisa disesuaikan pergerakan mereka selama puncak haji nanti.
Bahkan, pihaknya telah berkoordinasi sejak Ramadhan lalu dan terus dilakukan hingga sekarang. “Kita minta jamaah mematuhi jadwal,” kata dia.
Kepala PPIH Daker Makkah, Nasrullah Jasam, mengatakan, tantangan besar haji tahun ini adalah kembali kuota ke porsi normal. Kuota Indonesia normal menjadi 221 ribu jamaah haji. Penambahan ini harus dikoordinasikan segera dengan berbagai stakeholder, terutama dari pemilik maktab. Tiap sektor ada tujuh hingga delapan maktab untuk menyamakan persepsi operasional haji 2017. “Seperti soal tanazul, jadwal lempar jamarat, dan lainnya,” kata dia.
Dalam pertemuan itu pula, Nasrullah meminta, kepada muassasah informasi jumlah maktab yang ada di Mina Baru (Mina Jadid). Indonesia berharap penempatan seluruh jamaah haji Indonesia berada di Mina awal, bukan Mina Jadid.
Terkait jadwal lempar jamarat, Nasrullah mengatakan, berdasarkan jadwal satu grup sekali jalan berjumlah 250 orang. Pihak Muassasah meminta usulan kepada Daker Makkah jika jumlah grup kurang dari satu kloter. Dengan demikian, pergerakan jumlah jamaah bisa diatur. "Tidak krodit, terutama pada 10 Dzulhijjah nanti," ujarnya.
Dia juga menyebutkan, sistem baru pada pelaksanaan haji tahun ini adalah teknis pergerakan jamaah dari hotel ke Arafah. Sebelumnya teknis tersebut melalui mekanisme lantai yang ditempati jamaah. Jamaah di lantai pertama lebih dulu berangkat ke Arafah, demikian seterusnya.
Sementara pada tahun lalui, penentuannya ditetapkan melalui mekanisme undian (qur’ah). Mekanisme ini memiliki titik rawan penumpukan karena bisa jadi justru yang keluar ada jamaah yang tinggal di lantai 10. “Kita masih terus koordinasikan perkembangannya,” kata dia.