Sabtu 05 Aug 2017 12:03 WIB

Antisipasi Salah Miqat, Bus Tracking Diterapkan Tahun ini

Kedatangan kloter pertama jamaah haji Indonesia embarkasi Medan di Bandara Amir Muhammad Bin Abdulaziz, Madinah, Jumat (28/7).
Foto: Republika/Ani Nursalikah
Kedatangan kloter pertama jamaah haji Indonesia embarkasi Medan di Bandara Amir Muhammad Bin Abdulaziz, Madinah, Jumat (28/7).

IHRAM.CO.ID, MAKKAH— Jelang kedatangan jamaah haji Indonesia dari Madinah ke Makkah, pada 6 Agustus dini hari mendatang, pelaksana bimbingan ibadah haji mengantisipasi kesalahan pengambilan miqat sejak dini. 

Kepala Divisi Ibadah dan KBIH Petugas penyelanggara Ibadah Haji (PPIH) Daerah Kerja (Daker) Makkah, Ansori, mengatakan pihaknya melakukan sejumlah antisipasi untuk meminimalisir kemungkinan peristiwa tahun lalu terjadi kembali.

Dia mengatakan, tahun lalu, terdapat dua bus jamaah haji Indonesia di Madinah yang tidak melewati Bir Ali. Kasus ini dipicu karena ketidaktahuan supir yang mengemudikan kendaraan. Selama musim haji para perusahaan transportasi kerap mempekerjakan supir-supir musiman yang sama sekali belum mengetahui medan. 

Menurut Ansori, langkah antisipasi yang diujicobakan tahun ini menghadapi pengalaman tahun lalu, adalah dengan menggunakan sistem transportasi baru yaitu bus tracking. Dengan sistem ini, pergerakan bisa akan mudah dimonitor untuk memastikan kesesuian rute pengambilan miqat. 

“Alhamdulillah pada tahun ini diuji cobakan tracking bus, kendarakan akan dilacak, sebisa mungkin petugas ketahui lokasi bus,” kata dia di Makkah, Sabtu (5/8) seperti dilaporkan Republika.co.id, Nashih Nashrullah dari Makkah, Arab Saudi. 

Dia mengatakan, langkah lain untuk memaksimalkan pengambilan miqat jamaah haji Indonesia dari Madinah menuju Makkah, adalah mengoptimalkan koordinasi antarsektor dengan sektor khusus (seksus) yang barada di Bir Ali. Seksus itu, kata dia, akan memandu jamaah haji Indonesia agar benar-benar memastikan kesesuaian miqat mereka dengan syariat.

Ansori juga meminta para tim pembimbing ibadah haji Indonesia (TPIHI) memaksimalkan tuntunan mereka kepada jamaah tentang ihwal bermiqat. Biasanya dalam satu kelompok terbang (kloter) terdapat sembilan bus dan di tiap bus ada disertai oleh satu tim pembimbing ibadah yang sekaligus ketua rombongan (karom). Perlu koordinasi kuat antara TPIHI dan karom agar pengambilan miqat yang sesuai dengan syar’i tidak terlewat.            

“Ini adalah inti kegiatan operasional kita (bimbingan ibadah) kerena ruh haji adalah berihram dari miqat yang benar,” kata Ansori. Dia juga mengatakan, optimaliasi bimbingan ibadah tahun ini akan dilakukan dengan mamaksimalkan peran ketua regu (karu) dan karom.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement