IHRAM.CO.ID, Oleh : Wartawan Republika.co.id, Ani Nursalikah, dari Madinah
Jika berjalan-jalan di kawasan pertokoan sekitar Masjid Nabawi, teriakan-teriakan dalam bahasa Indonesia lazim terdengar. Apalagi saat jamaah haji Indonesia melintas.
Jamaah haji Indonesia memang dikenal royal dalam berbelanja. Jamaah kita tidak segan membeli buah tangan dalam jumlah yang banyak. Selain mengenali wajah orang Indonesia, jamaah haji Indonesia juga gampang diketahui dari identitas yang melekat dan logo bendera merah putih.
"Syahrini, lihat-lihat dulu!" sebuah teriakan mengagetkan saya.
Teriakan itu mengundang tawa saya. Wah, ternyata nama Syahrini cukup bergaung di Madinah. Entah apakah mereka benar-benar tahu siapa Syahrini.
Deretan toko-toko di depan pintu-pintu Masjid Nabawi menawarkan banyak ragam suvenir. Ada perhiasan imitasi, tasbih, parfum, tas, gamis, kopiah, sajadah, gantungan kunci, kosmetik dan masih banyak lagi.
Harganya bervariasi, mulai dari satu riyal hingga ratusan riyal. Seorang pedagang mengundang saya masuk.
"Murah, murah, Indonesia bagus," katanya sambil mengacungkan jempol.
Pedagang tersebut kemudian mengajak saya masuk toko. Dia bahkan melingkarkan tasbih gelang ke tangan saya sebagai iming-iming agar saya tertarik menengok tokonya. Hadiah, katanya.
Pedagang di Madinah rata-rata sangat fasih berbahasa Indonesia. Terkadang mereka bahkan bisa bahasa daerah sekadarnya, seperti hatur nuhun. Bahasa Indonesia itu mereka ulang-ulang untuk menarik minat pelanggan dari Tanah Air.
Bahasa Indonesia ternyata menjadi bahasa asing yang paling populer di Saudi. Seorang staf di Konsulat Jenderal RI di Jeddah mengatakan, bahasa Indonesia terutama dipakai sebagai bahasa dalam bisnis.
Bahkan, konsulat membuka kursus bahasa Indonesia untuk mereka. Peminatnya membeludak hingga ratusan orang. Mereka yang berminat sebagian besar adalah pedagang.
Sertifikat yang mereka dapatkan bahkan bisa digunakan sebagai rekomendasi untuk naik gaji. Awal tahun ini, sebanyak 86 peserta dengan berbagai latar belakang profesi memenuhi syarat mengikuti kursus bahasa Indonesia untuk penutur asing (BIPA). Mereka diseleksi dari 100 lebih pendaftar.
Dari jumlah yang diterima, 70 orang di antaranya adalah warga Arab Saudi dan sisanya 14 dari Yaman, satu dari Mesir dan satu warga Pakistan. Program kursus digelar selama tiga bulan. Belajar bahasa Indonesia juga menunjang pekerjaan peserta yang bertugas di muassasah haji dan umrah, petugas di bandara dan di sejumlah situs bersejarah.
Konsul Jenderal (Konjen) RI Jeddah, Mohamad Hery Saripudin mengatakan, belajar bahasa Indonesia mempererat persaudaraan dan persahabatan antara warga Saudi dengan warga Indonesia.
Pengalaman saya saat meliput di Bandara Amir Mohammed Bin Abdul Aziz di Madinah, setidaknya kalimat yang populer di kalangan petugas bandara adalah Apa Kabar, Terima Kasih dan Indonesia Bagus! Setiap melihat logo Merah Putih di rompi saya, kalimat itu pasti terucap dari mereka.
Kemarin sewaktu menyambangi Al Rasheed Mall, di parkiran, seorang gadis cilik dan saudaranya melongokkan kepalanya dari mobil. "Apa kabar?" katanya dengan senyum lebar. Rambut keriting pirangnya berguncang. "Terima kasih," ujarnya lagi.
Di belakang kemudi, tampak sang ayah yang juga tersenyum lebar. Saya menjawab sapaan mereka dan balas melambaikan tangan ke mereka.