Rabu 16 Aug 2017 13:45 WIB
Berkaca pada Kasus First Travel

Peringatan Bagi Jamaah, Pengusaha Umrah, dan Pemerintah

Presiden Indonesian Islamic Business Forum (IIBF), Heppy Trenggono
Foto: ROL/Fian Firatmaja
Presiden Indonesian Islamic Business Forum (IIBF), Heppy Trenggono

IHRAM.CO.ID, Oleh: Heppy Trenggono *)

Indonesia dikejutkan oleh ditangkapnya bos First Travel yang dituduh melakukan penipuan terhadap jemaah, tidak kurang korban first Travel diperkirakan mencapai 35 ribu jamaah.

Bisnis umroh termasuk dalam kategori 'high potential business'. Bisnis yang menjanjikan keuntungan dan pertumbuhan jika dilakukan oleh mereka yang berkompeten. Mudah menciptakan angka penjualan, keuntungannya jelas ada dimana, dengan pembayaran cash di depan.

Sayangnya, industri ini menuju kerusakan karena banyak avonturir yang nggak paham berbisnis, umrah dijual rugi untuk mengejar percepatan cash in.

Saya menangani puluhan kasus serupa, motif terbesar awalnya sama, mereka jual rugi dengan syarat diberangkatkan tahun depan, modus ini dilakukan agar segera ada uang masuk karena mereka harus memberangkatkan jamaah yang sudah membayar tahun lalu, sementara uang tidak di tangan.

Ada beberapa pelaku yang berharap bisa meraup keuntungan dengan menginvestasikan uang jemaah ke sektor lain yang perhitungan keuntungannya fantastis. Tapi semua itu ilusi belaka, bisnis dan investasi memiliki disiplin tersendiri, sedangkan jalan mereka adalah jalan sesat. Memang, banyak bisnis bagus, tapi hanya sedikit pebisnis yang bagus.

Meskipun mengejutkan masyarakat, kenyataannya first Travel bukanlah kasus tunggal. Masih banyak pengusaha travel yang melakukan aksi kekonyolan serupa.

Salah satu pemain yang cukup besar melakukan aksi jual rugi dan menginvestasikan uangnya di sektor property. Pemain seperti ini akan berakhir mengenaskan, dia tidak akan mampu berhenti dari praktik ini, dia akan berhenti setelah semuanya habis, setelah semua skenarionya kandas.

Kecuali mereka mampu menyadari kesalahan, berhenti, dan sanggup menghadapi kenyataan apapun risikonya. Jika tidak, travel seperti ini akan menjadi cerita selanjutnya.

Dalam konteks First Rravel, praktik seperti ini tidak akan bisa mengantarkan Pengusaha menjadi kaya. Mereka tdk akan mampu menyimpan uang. Maka tidak heran jika dari delapan rekeningnya cuma ada Rp 1,3 juta. Kalaupun ada aset biasanya sudah tergadai semua.

Tidak peduli berapa ratus miliarpun uang yang telah mereka ambil dari jamaah, jika mereka bermain dengan cara ini maka kita bisa pastikan tidak akan ada uang yang bisa mereka simpan, tidak akan ada aset yang bisa diselamatkan.  Justru mengapa persoalan meletus? Karena pada saat itu uang sudah kosong sampai ke kantong pribadi dan keluarganya. Sedangkan aset telah habis tergadai. Kasus ini harus menjadi peringatan bagi kita semua.

Bagi jamaah, melalui kasus ini hendaknya tidak lagi mudah tergiur dengan harga yang tidak wajar, semakin banyak bukti yang sudah berangkat, semakin besar kemungkinan Anda tertipu.

Bagi Pemerintah, kasus ini harus menjadi pintu masuk untuk segera bergerak melindungi masyarakat, masih banyak travel semacam First Travel ini, segera lakukan operasi terhadap mereka yang beroperasi dengan cara menjual rugi. Akhir cerita semua travel ini adalah menimpakan semua risiko kerugian dan gaya hidup mewah mereka kepada jamaah.

Bagi Para Pengusaha, sebuah pelajaran, bahwa utang dan kewajiban itu hidup. Dia akan mengejar hingga anda tidak bisa lagi lari kemanapun. Maka, berbisnislah dengan iman dan ilmu

*) President Indonesian Islamic Business Forum

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement