IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Perintah berhaji menjadi motivasi terbesar kaum Muslimin pergi ke tanah suci. Berbagai rintangan tidak menyurutkan niat dan langkah kaum Muslimin dari seluruh dunia untuk pergi ke Makkah dan Madinah. Termasuk pula jamaah haji dari Nusantara, negeri yang sangat jauh di ufuk timur dunia.
Sebelum tahun 1850, tidak tercatat jumlah dan dari wilayah mana jamaah haji yang berasal dari Nusantara. Tapi dapat dipastikan, sebelum tahun ini sudah ada orang yang berjuang untuk memenuhi panggilan Allah. Raja pertama dari Nusantara yang berikrar mengucapkan syahadat adalah Raja Pasai, Sultan Malik as Saleh. Tak lama setelah itu tercatat sejarah, Raja Terengganu meresmikan piagam penerapan syariat Islam di wilayahnya. Kurang lebih pada tahun 1303.
Peristiwa Raja Pasai memeluk Islam, dimudahkan dengan sangat indah dalam Hikajat Raja Pasai dan kitab Sulalat as-Salatin. Setelah dua sultan ini berikrar, maka ada kebijakan resmi yang menolong proses pelaksanaan syariat Islam, termasuk pelaksanaan rukun Islam yang kelima. Berangkat ke tanah suci untuk berhaji.
Perjalanan haji di masa itu, bukan mudah. Bahkan terasa sangat sulit sekali, seperti perjalanan hidup mati. Yang berangkat belum tentu kembali. Perjalanan waktu yang sangat lama. Kendaraan yang tidak mudah. Keamanan yang sangat rawan, perampokan harta dan perbekalan, wabah dan penyakit menular. Masha Allah Tabarakallahu, perjalanan ke tanah suci pada kala itu sungguh berat dan tak terperi pengorbanan yang harus dikeluarkan.
Subhanallah, Mahasuci Allah. Hari ini kita bisa ke tanah suci, dengan nyaman, aman, singkat, dan penuh kemudahan untuk berumrah atau berhaji. Maka sungguh merugi jika dengan segala kemudahan itu, justru kita kehilangan makna dalam melaksanakan ibadah yang mulia. Semoga Allah menolong kita. Amiiin..