IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Oleh: Asrorun Niam Sholeh, Anggota Amirul Hajj, Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Jakarta
Rasulullah saw menekankan beberapa hal penting saat khutbah Wukuf di Arafah lima belas abad yang lalu. Hadis yang diriwayatkan secara shahih dari banyak jalur sanad dari sahabat nabi ini sangat populer. Khutbah ini diriwayatkan oleh Imam Bukhari, Muslim, Abu Daud, Tirmizi, Nasa’iy, Ibnu Majah, Ahmad dll dengan beragam versi saling melengkapi satu sama lainnya.
Setidaknya ada tiga hal yang penting untuk kita renungkan dari khutbah Wukuf yang disampaikan oleh Rasulullah saw.
Hal pertama adalah tentang persamaan dan kesetaraan kita sebagai manusia, sebagaimana dijelaskan di atas. Dalam khutbahnya Rasulullah bersabda:
أيها الناس إن ربكم واحد وإن أباكم واحد كلكم لآدم وآدم من تراب أكرمكم عند الله اتقاكم، وليس لعربي على عجمي فضل إلا بالتقوى ... ألا هل بلغت اللهم فاشهد قالوا : نعم قال: فليبلغ الشاهد الغائب.
Tuhan kita sama, nenek moyang kita sama, yaitu dari Adam. Sementara Adam tercipta dari tanah. Yang paling mulia di antara kita adalah yang paling tinggi derajat takwanya, bukan karena etnis, suku, golongan, pangkat, jabatan, atau asal usulnya.
Kini, di tempat ini, kita, jamaah haji yang berada di Arafah diberikan bukti nyata, semua sama dan sederajat. Semua jamaah dipersatukan dalam busana yang seragam, dua helai kain yang menutupi aurat. Tak ada pangkat, tak ada jabatan, tak ada kekayaan. Semua wajib kita tanggalkan.
Yang membedakan adalah sikap ketakwaan, kepatuhan dan ketertundukan kita kepada Allah SWT, al-khudlu’ wal inqiyadl. Bekal kita yang memberi manfaat saat di padang mahsyar adalah ketakwaan, dan kemanfaatan kita kepada sesama.
Dalam momentum khutbah pada haji wada’ di atas Rasulullah saw menekankan tentang persamaan antar manusia, tidak tersekat oleh ras, suku, dan juga warna kulit. Allah SWT juga menegaskan hal ini di dalam Al Qur’an :
يأَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَـكُم مِّن ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَـكُمْ شُعُوباً وَقَبَآئِلَ لِتَعَـرَفُواْ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عَندَ اللَّهِ أَتْقَـكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”.(Qs. Al-Hujurat: 13)
Kita tidak mungkin tergerak untuk berpanas-panas di padang ini, berkeringat dan berpeluh, jika tidak ada panggilan ketakwaan dan komitmen akan kepatuhan dan ketertundukan. Hanya iman yang menggerakkan kita berkumpul di tempat ini. Ini wujud nyata ketertundukan kita yang bersifat personal, simbol hubungan dengan Allah SWT yang bersifat privat.
Namun, kita diciptakan oleh Allah SWT, di samping sebagai abdullah, juga sebagai khalifah, yang memiliki tugas memakmurkan bumi, dan membangun harmoni sesama makhluk. Karenanya, kita sebagai makhluk Allah yang beragam, berupa-rupa warna, bersuku bangsa, dan berbagai agama, wajib untuk menjaga kekeluargaan di tengah keragaman ini.
Perbedaan itu sebagai sunnatullah yang harus dimaknai sebagai realitas. Tanggung jawab kita adalah untuk saling mengenali dan berlomba menjadi yang terbaik. Berlomba-lomba menuju kepada derajat takwa, bukan saling menghina dan saling menegasikan.
Kebhinnekaan adalah Sunnatullah yang harus dirawat. Ia sebagai sarana untuk bersinergi, saling berlomba dalam hal kebaikan dan ketakwaan, dan saling mendukung untuk mewujudkan kemaslahatan umum.Sebaik-baik kita adalah sejauh mana memberikan kemanfaatan untuk kemanusiaan...
Wallahu A'lam bi al-Shawab.