Selasa 12 Sep 2017 15:49 WIB

Bahagia dan Haru Akhiri Penantian Panjang Perindu Rasul SAW

Jamaah haji Embarkasi Surabaya SUB 44 menuju Madinah, Selasa (12/9)
Foto: Republika/Nashih Nashrullah
Jamaah haji Embarkasi Surabaya SUB 44 menuju Madinah, Selasa (12/9)

IHRAM.CO.ID,  MAKKAH— Beberapa jam menuju kedatangannya di Madinah, perasaan Nur Khanifan berdebar-debar. Jamaah haji asal Kota Batu, Malang, Jawa Timur ini, telah bertahun-tahun menantikan momentum pertama, bersejarah, dan sangat bermakna sepanjang hayatnya. Tujuh tahun lalu, sejak dia memutuskan mendaftar naik haji bersama istri tercinta, ingin sekali rasanya  menginjakkan kaki, bersimpuh di hadapan Makam Rasulullah, yang terletak di Masjid Nabawi. 

“Saya ingin sekali mendekat dengan junjungan kita, Muhammad SAW,” kata Nur, pria yang sehari-hari berprofesi sebagai petani apel tersebut, kepada wartawan Republika.co.id, Nashih Nashrullah, di Hotel Tharwat Zamzam, Sektor 11, Syisyah Raudhah, Makkah, Selasa (12/9).   

Tak ada persiapan khusus yang Nur siapkan. Yang terpenting bagi dia adalah menjaga stamina dan kesehatan agar maksimal beribadah selama di Madinah. Apalagi, ziarah yang dia lakukan sekarang, adalah kali pertama mengunjungi Makam Baginda Rasul tersebut. “Semoga ibadah ini mendatangkan kekhusyuan batin bagi saya,” tutur dia.

Bagi Abdul Qadir Jaelani, berziarah ke makam Rasulullah adalah angan-angan yang menjadi kenyataan. Kerinduan yang mengendap puluhan tahun tersebut akhirnya terobati juga.” Selama ini hanya berangan-angan saja dan ingin jadi kenyataan,” kata dia. 

Dia bersukur tiada henti. Petani bunga asal Kota Batu Malang tersebut, mendaftarkan diri dan istri naik haji tujuh tahun lalu. Sejak itu pula, dia semakin intens mendalami sirah Rasulullah. Betapa berat perjuangan yang ditempuh Rasul dan para sahabatnya di masa awal. 

Kunjungan Abdul Qadir ke Madinah akan dia pergunakan sepenuhnya untuk menapaktilasi pengorbanan Rasulullah menyebarkan Islam. Abdul Qadir bahkan bersiap menghadapi apapun konsekuensinya, termasuk berhadapan dengan cuaca ekstrem di Madinah. “Apapun kondisinya saya ingin ikut menyelami beratnya perjuangan Rasul di tengah terik padang pasir,” kata dia. Dan di hadapan makam Rasul, dia ingin berdoa senantiasa dijadikan hamba-Nya yang bersyukur. 

Penantian panjang Lilik Alfiah untuk bermunajat di Raudhah terwujud sudah. Perempuan yang sehari-hari aktif sebagai guru PNS di SMPN Batu VI Malang, Jawa Timur ini, bahkan bersama 45 rombongannya bersiap-siap menggelar pembacaan shalawat Maulid Diba’ di hadapan makam Rasul. Tak hanya itu, atas izin ketua rombongannya, selama di bus selama perjalanan ke Madinah, segenap rombongan sepakat melantunkan shalawat bersama-sama. 

Tak ada harapan lain, di mata Lilik dan segenap jamaah melebihi keinginan agar dapat meneladanani akhlak Rasulullah dan jalankan sunah-sunahnya. Dia mengaku akan memanjatkan doa khusus, terutama bagi almarhum suaminya yang lebih dulu dipanggil pada 2012, setelah bersama-sama mendaftar haji tujuh tahun lalu, tepatnya pada 2010. “Semoga kami sekeluarga mendapat syafatnya Rasulullah,” kata dia. Madad madad ya Rasulullah.. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement