Sabtu 04 Nov 2017 05:17 WIB

Istanbul: Dari Jubah Rasulallah Hingga Legitnya Turkish Delight

Rep: Rahma Sulistya/ Red: Muhammad Subarkah
  Karya terbesar Sinan adalah Masjid Sultan Sulaiman di Istanbul yang dibangun selama tujuh tahun (1550-1557).
Foto: EPA EFE
Karya terbesar Sinan adalah Masjid Sultan Sulaiman di Istanbul yang dibangun selama tujuh tahun (1550-1557).

Muchammad Aziz Gumilar salah seorang alumni Universitas Gunadarma Depok kembali mengulang memorinya pada waktu perjalanan wisatanya ke Istanbul, Turki. Negara yang dikenal dengan penduduk muslim wanitanya yang berjilbab namun tetap stylish.

Benar saja, pertama kalinya tiba di Istanbul, di setiap sudut jalan ia melihat wanita-wanita berjilbab, namun jauh dari bayangannya bahwa wanita di sana mengenakan pakaian gamis longgar. "Saya jarang lihat di sana orang pakai gamis, malah wanitanya lebih modern," ujar Aziz kepada Republika, beberapa hari yang lalu.

Ketika 2008 Aziz mengunjungi Istanbul, nuansanya sudah Islami, dihiasi dengan banyaknya wanita yang menggunakan kerudung khas Turki dan menawan. Mereka terlihat lebih modis, menggunakan kerudung tetapi tetap mengikuti kekinian. Mereka lebih suka menutupi lekuk tubuh mereka dengan jaket daripada gamis, dan banyak yang memakai celana.

Setibanya di Istanbul, ia disambut dengan kelompok relasi dari SMA-nya, karena ia memang melakukan wisatanya itu dengan pihak sekolahnya. Rombongan Aziz hanya lima orang siswa dan satu orang wali kelas, dan mereka pun diajak ke sebuah flat sebagai tempat menginap mereka selama enam hari di Istanbul.

"Dari Indonesia ke Turki, saya dua kali transit, dengan memakan waktu sekitar lebih dari 12 jam. Pertama transit di Kuala Lumpur, Malaysia, kemudian transit di Bahrain. Nah, di Bahrain kita sempat menginap satu malam, dan dari situ langsung ke Istanbul," papar dia.

Selesai merapikan diri di flat, Aziz memulai perjalanannya dengan mengunjungi beberapa wisata khas sekitar Istanbul.

Hagia Sophia tujuan pertamanya. Dengan bayangan yang masih belum bisa ia lupakan hingga saat ini, Aziz menceritakan bagaimana Hagia Sophia berdiri megah sebagai museum, setelah sebelumnya dijadikan gereja oleh orang Kristen, kemudian dialih fungsikan lagi menjadi masjid oleh umat Islam.

"Waktu itu kalau tidak salah Kerajaan Turki itu runtuh, akhirnya masjid itu diubah menjadi museum. Sebagian besar ornamen masjidnya masih dilestarikan. Artinya, di dalam Hagia Sophia ada ornamen gerejanya, ada juga ornamen masjidnya. Dan sewaktu saya datang ke sana, dinding-dindingnya sedang direnovasi," papar Aziz.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement