Jumat 15 Dec 2017 07:39 WIB

Inilah Beda Perlakuan Umar dengan Donald Trump di Yerusalem

Masjidil Aqsa di Yerusalem.
Foto: muhammad subarkah
Masjidil Aqsa di Yerusalem.

Pada tahun 638 Masehi, selepas beberapa tahun kewafatan Nabi Muhammad SAW, tentera Islam mengepung Baitulmuqaddis (Yerusalem). Ketua Gereja Baitulmuqaddis, Monofisit Sophronius, menyerahkan kota itu selepas kepungan yang singkat.

Saidina Umar bin Khattab memasuki Baitulmuqaddis (Masjid Al Aqsa) dengan berjalan menuntun unta. Dia bergantian menuntun onta dengan seorang pembantunya. Uniknya, ketika masuk melintasi gerbang Yerusalem giliran Umar menuntun unta, sedang pembantunya duduk di atas punggung unta. Saat itu banyak warga Yerusalem yang salah sangka bahwa Umar adalah orang yang duduk di atas unta yang berjalan tertatih dengan dituntun seorang pria. Maka pembantu Umarlah yang sepanjang jalan dieluk-elukan. Sementara Umar tenang-tenang saja berjalan menuntun unta yang tengah ditunggangi pembantunya.

Saat itu, tidak ada pertumpahan darah dan tidak ada pembunuhan oleh tentera Islam. Siapa pun yang ingin meninggalkan Baitulmuqaddis dengan segala harta benda mereka, dibenarkan berbuat demikian. Siapa pun yang ingin terus tinggal, akan dijamin keselamatan nyawa, harta benda, agama, dan tempat beribadat mereka. Semua ini terkandung dalam Perjanjian Umariyya. (Silahkan bandingkan dengan sejarah penaklukan Spanyol oleh tentara Salib, di mana seluruh orang Yahudi dan Muslim diusir ke luar dari Spanyol. Dan bila ingin tinggal dengan tetap menganut agama Islam atau Yahudi, maka mereka harus mengganti agamanya dengan masuk Kristen karena terkena hukuman Inquisisi. Dan, kalau tetap tidak mau menganti agamanya, maka mereka akan dihukum bunuh).

Saidina Umar bin Khattab kemudian menemani Sophronious di gereja Church of the Holy Sepulchre yang mana Saidina Umar bin Khattab kemudian mendapat tawaran shalat di dalamnya. Saidina Umar bin Khattab menolak, takut akan timbulnya prasangka. Saidina Umar bin Khattab sebaliknya menunaikan shalat di sebelah selatan gereja tersebut yang kini merupakan Masjid Umar di Baitulmuqaddis.

Setelah itu, Saidina Umar bin Khattab kemudian meminta supaya dibawa ke tempat yang kini menjadi lokasi Masjid Al-Aqsa dengan ditemani beratus-ratus orang Islam. Saidina Umar bin Khattab mendapati tempat itu dipenuhi dengan debu dan sampah karena telah ditinggalkan beratus tahun sejak bangunan yang dulu ada di situ dimusnahkan oleh tentera Romawi.

Saidina Umar bin Khattab terus mengarahkan supaya tempat itu dibersihkan dengan serta-merta. Sebuah masjid yang dibuat dari kayu didirikan. Letaknya di sisi paling selatan Masjid Al-Aqsa Al Haram Al Sharif.

Ya ituah beda kualitas kepemimpinan Umar bin Khatab dengan penguasa dunia moderen asal Amerika Serikat Donald Trump. Dahulu, Umar datang ke Yerusalem menghentikan perang. Kini, melali pidatonya Trump malah membuat marah dunia dengan menaburkan benih peperangan!

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement