Setelah tinggal di kamp pengungisan maka Elezovic merasa hari-harinya kemudian berubah drastis. Para tentara mendatangi para pengungsii, membawa beberapa orang, memukul mereka dan kemudian membawa mereka kembali pada malam hari. Mereka memukuli para pengungsi dengan sangat buruk sampai tubuh dan wajarhnya berdarah-darah. Siksaan ini berlanjut pada keesokan harinya. Para tentara Serbia itu akan mengajak para pengungsi untuk melakukan kerja paksa.
“Mereka mengatakan kepada kami mereka tengah membangun sebuah kompleks tentara. Pekerjaan pada dasarnya mengangkut batu besar dan kotoran. Ketika bekerja para tentara itu mengawasinya sembari menodongkan senapan mesin,’’ ujar Elezovic.
Para pengungsi bekerja dengan penuh tekanan. Banyak di antaranya kepayahan karena saat itu cuaca sangat panas. Celakanya, di dalam situasi itu tidak banyak minum air tersedia. “Malah terkadang kita tidak mendapatkan air selama dua atau tiga hari. Terkadang orang akan minum air seni karena itu satu-satunya cara mendapatkan air.’’ (Keterangan Foto: Gambar di dinding museum pembantaian Muslim Bosnia di Srebenica. Terlihat anak-anak yang berada di dalam kamp. Foto: Muhammad Subarkah).
Penyiksaan kepada para pengungsi itu terus berlanjut. Bahkan kemudian penghinaan makin bertambah berat karena para tentara Serbia-Croatia itu menempatan segeromboan anjing untuk menjaga para pengungsi agar tak bisa lari dari kerja paksa. “Ada anjing di sekitar kami. Dan mereka kerapkali memberi makanan kepada anjing-anjingnya, namun bukan kepada kita (yang justru kelaparan). Para tentara penyerbu itu jelas maksudnya untuk mempermalukan kita. Setelah bekerja keras semenjak pagi, pada malam hari, mereka akan membawa para pengungsi kembali ke perkemahan,’’ ungkap Elezovic.