IHRAM.CO.ID, JEDDAH - Festival Film Asia ACIC ke-11 yang merayakan bioskop dan budaya Asia dimulai dengan pemutaran film Indonesia yang populer di kediaman Konsul Jenderal RI pada Senin malam. Film itu adalah Tenggelamnya Kapal Van Der Wick.
Asian Consuls General Club (ACGC) mengorganisir pemutaran publik berbagai genre film dari delapan negara Asia selama festival berlangsung, yang berakhir pada tanggal 11 Februari.
Seperti dilansir Saudigatte.com , festival tahunan diluncurkan sedikit lebih dari satu dekade yang lalu, namun tahun ini "membawa signifikansi karena bioskop akan dibuka kembali di Saudi," kata Konsul Jenderal RI Mohamad Hery Saripudin, saat berbicara dengan diplomat dan masyarakat setempat selama upacara pembukaan .
"Ini adalah kemajuan yang dianggap sangat penting bagi pertukaran budaya dan ini akan meningkatkan pemahaman antara masyarakat dan bangsa," katanya.
Konsulat Jenderal Republik Korea adalah Misi Koordinasi ACGC tahun ini dari festival film, yang menyajikan serangkaian judul film yang memecahkan rekor dan kritis dari Indonesia, China, Malaysia, Pakistan, India, Korea, Bangladesh dan Jepang.
"Sebagai satu-satunya peristiwa dari jenisnya yang merayakan budaya, tradisi dan keragaman Asia di bagian barat Kerajaan, Festival Film Asia telah menjadi platform unik untuk pertukaran budaya antara Arab Saudi dan negara-negara Asia," kata Konsul Jenderal Korea di Jeddah Youn Ho Kang, saat meresmikan acara tersebut.
"Saya berharap Festival Film Asia akan memberikan kesempatan yang sangat baik untuk mengenalkan keragaman budaya Asia, dan juga kesamaan mereka dengan budaya Arab, kepada teman dan penonton kita di Jeddah," katanya dalam sambutannya.
"Demikian juga, pertukaran budaya seperti festival film ini memiliki potensi besar untuk menumbuhkan percakapan asli di antara orang-orang. Dan usaha tulus ini memungkinkan kita semua untuk menemukan bahwa kita semua berdiri bersama atas dasar bersama saling menghormati, kesetaraan dan kedamaian," lanjutnya. .
Berbicara kepada Saudi Gazette, Ho Kang mengatakan film memungkinkan kesempatan bagi masyarakat umum untuk belajar lebih banyak tentang budaya.
"Asia memiliki tetangga dekat dan ada kesamaan dan perbedaan antara budaya. Dengan melihat Asia melalui delapan lensa yang berbeda, orang-orang yang tidak mengenal budaya Asia akan dapat menyadari bahwa Asia adalah wilayah yang sangat beragam, penuh gairah dan serta sentimen manusia, "katanya.
Mengomentari pengenalan bioskop di Kerajaan, dia mengatakan bahwa ini adalah langkah yang akan membuat masyarakat lebih bersemangat di tengah perubahan positif dan lebih cerah, mempromosikan percakapan asli antar manusia.
Film pembuka, Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck yang disutradarai oleh Sunil Soraya pada tahun 2013, menceritakan sebuah kisah tentang konflik cinta dan budaya di masyarakat Indonesia selama penjajahan Belanda di tahun 1930-an.