Kamis 01 Feb 2018 17:47 WIB

Warga Makkah Protes Lahan Parkir di Pemakaman Mualla

Warga anggap sistem parkir di sana telah menyebabkan banyak kerugian.

Pemakaman Mualla di Makkah.
Foto: saudigazette
Pemakaman Mualla di Makkah.

IHRAM.CO.ID, MAKKAH - Sejumlah warga Makkah telah menyatakan kemarahannya atas tindakan  sebuah perusahaan parkir. Ini karena mereka melanggar fasilitas parkir umum di dekat rumah dan juga di pemakaman Mualla dan masjid dekatnya.

Parapelayat  yang mendampingi sanak keluarga yang meninggal sekarang diminta untuk membayar biaya parkir. Itu alasan utama sejumlah orang yang mengunjungi pemakaman Mualla.

Warga bertanya-tanya mengapa pemerintah kota tidak mengalokasikan tempat parkir yang cukup untuk pelayat yang datang ke kuburan. "Kami sekarang diberi dua pilihan untuk membayar biaya parkir per jam atau membiarkan kendaraan kami ditarik oleh perusahaan dan kemudian membayar denda," kata Mohammed Qutb.

"Sistem parkir ini telah menyebabkan banyak kerugian bagi kami," kata Qutb sambil mendesak pihak berwenang untuk melakukan intervensi dan mengizinkan mereka untuk memarkir kendaraan mereka seperti sebelumnya tanpa ada batasan. Dia mengatakan perusahaan tersebut telah memasang mesin parkir di depan rumah mereka juga.

"Tempat parkir baru yang dikembangkan perusahaan parkir ini. Pemerintah kota telah membiarkan mereka warga memarkir kendaraan mereka," kata Qutb saat berbicara dengan Okaz / Saudi Gazette.

Khaled Al-Otaibi mengatakan, mesin tol parkir telah dirambah properti pribadi. "Ini juga yang menyebabkan kemacetan lalu lintas di depan rumah kita," katanya sambil mendesak pemerintah kota untuk meninjau kembali keputusannya.

Mubti Atallah mengecam langkah perusahaan tersebut untuk menempati tempat parkir di sekitar pemakaman Mualla dan memaksa pelayat untuk membayar parkir. "Jika ada yang gagal membayar biaya parkir, maka kendaraan akan ditarik dan harus membayar denda. Ini tidak bisa diterima," kata Atallah.

Persoalan menjadi rumit ketika perusahaan mengambil uang dari orang-orang yang datang dari luar Makkah serta tidak mengetahui sistem parkir berbayar yang baru. "Saya telah memperhatikan bahwa semua area parkir di sekitar pemakaman Mualla telah di bawa  ke sistem baru," kata Atallah.

Akibat situasi ini, orang memarkir kendaraan mereka di tempat yang jauh sehingga hendak mencapai makam terlambat. Akhirnya mereka  tidak akan bisa bergabung dengan pelayat lain untuk mendoakan orang mati.

Mohammed Ammar mengatakan bahwa pihak kotamadya seharusnya cukup mengalokasikan tempat parkir di sekitar kuburan bagi pelayat untuk memarkir kendaraan mereka tanpa melakukan pembayaran apapun. "Perusahaan investasi ini terganggu dengan bagaimana menghasilkan uang tanpa pertimbangan kemanusiaan," katanya.

Khalid Al-Jamie yang harus membayar denda untuk parkir di daerah tersebut mengatakan bahwa dia kehilangan ketenangan saat pejabat perusahaan memasang stiker di mobilnya saat memarkirnya di luar Mualla untuk ikut serta dalam pemakaman kerabat dekat.

Hamza Al-Sulaimani mengatakan bahwa dia memutuskan untuk tidak pergi ke Mualla setelah mempelajari sistem parkir barunya dan mengunjungi rumah almarhum untuk menyampaikan ucapan duka cita.

"Banyak orang telah memutuskan untuk meninggalkan Mualla karena takut denda parkir," kata Al-Sulaimani kepada Okaz / Saudi Gazette.

Akibatnya jumlah pelayat di Mualla telah menurun drastis. Dia mendesak pihak berwenang untuk memindahkan mesin pembayaran perusahaan dari Mualla dan masjid tetangganya.

Osama Zaitouni, juru bicara pemerintah kota, mengatakan beberapa pejabat perusahaan telah salah memasang mesin parkir di dekat rumah dan masjid. Dan, karena kesalahan, maka  mesin tersebut akan dilepas. "Kesalahan seperti itu jarang terjadi," katanya kepada Okaz / Saudi Gazette.

Perusahaan tersebut telah menciptakan 900 tempat parkir di dan sekitar Makkah, katanya, menambahkan bahwa hanya 350 di antaranya berada di dekat pasar yang sekarang berfungsi. "Kotamadya siap untuk mendengarkan keluhan asli warga negara dan menyelesaikan masalah mereka tanpa gagal," tambahnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement