IHRAM.CO.ID, Dahulu, perjalanan haji dilakukan berbulan-bulan dengan jalur darat. Hanya segelintir yang mampu menempuh jalur udara. Kini berdekade kemudian, kondisi yang terjadi adalah sebaliknya.
Berhaji menggunakan jalur darat, melewati berbagai negara, dan dilakukan dalam waktu panjang tidak lagi banyak diminati. Sehingga, kisah mereka yang menempuh pilihan ini menjadi sangat istimewa.
Salah satunya adalah cerita milik sepasang suami istri asal Malang, Jawa Timur. Hakam Mabruri dan Rofingatul Islamiah ingin sekaligus memuaskan dahaga petualang mereka ketika menempuh perjalanan untuk haji tahun ini.
Mereka membuat sepeda khusus yang bisa dikendarai berdua dan menempuh jarak 12 ribu kilometer. Sepeda yang didesain khusus itu memiliki dua pasang pedal dan tempat menyimpan barang-barang.
Perjalanan pasangan berusia 35 tahun itu bermula pada 17 Desember 2016. Butuh satu tahun bagi keduanya untuk mengarungi tujuh negara hingga akhirnya tiba di tanah suci. Persiapannya sendiri butuh waktu satu setengah bulan.
Pasangan ini mendapat dukungan dari berbagai lembaga masyarakat. Termasuk penduduk yang tertarik pada kisah mereka. Mabruri dan Islamiah tak hanya bertualang, tapi juga membawa pesan damai Islam.
Siapa pun yang mereka temui, keduanya akan merefleksikan Islam yang cinta perdamaian. Menurut Mabruri, pilihan menggunakan sepeda juga merupakan simbol keharmonisan kehidupan pernikahan.
"Untuk maju ke depan, suami istri harus bekerja sama dan saling menyesuaikan," kata dia. Sepeda mengajari bahwa hidup itu mengalami pasang dan surut. Jika ingin berada di atas, maka mereka harus bekerja lebih keras untuk mengayuh.
Saat turunan pun mereka harus mengendalikan kecepatan. "Ini adalah filosopi yang bisa diterapkan dalam hidup," kata Mabruri. Ia duduk di depan juga menunjukkan simbol bahwa pria adalah imam.
Kedua pasangan ini telah empat tahun menikah dan sedang menunggu kelahiran anak pertama mereka. Keduanya sepakat ingin memberi nama Mukafeh yang artinya pekerja keras.
Perjalanan keduanya melalui Malaysia, Thailand, Myanmar dan India. Untuk menghindari wilayah konflik, keduanya memilih melewati Yordania dari India, kemudian menuju Mesir dan akhirnya tiba di Saudi.
Di banyak negara, mereka mengajukan visa yang dikeluarkan secara online. Rata-rata waktu tunggu adalah satu bulan. Selama perjalanan, mereka menggunakan tenda untuk istirahat, memasak sendiri makanan dan menjernihkan air minum dengan filter.
Mereka juga dengan rajin merawat sepeda. Tak lupa mereka membaur dengan masyarakat lokal. Tidak jarang mereka merasa seperti di rumah karena penduduk setempat sangat menyambut baik.
Bulan Ramadhan mereka habiskan di Thailand dan Idul Fitri di India. Mereka kemudian merayakan Idul Adha di Amman, Yordania.
Keduanya berencana pulang dengan menggunakan pesawat setelah menjalani umrah. Mengingat sang istri yang sedang hamil.
Kedua orang ini telah membanggakan Indonesia karena menjadi pasangan pertama yang tiba di Makkah dengan sepeda gandeng. Jika kesempatan memungkinkan keduanya ingin menjalani perjalanan haji lagi beberapa tahun ke depan. Selain itu, mereka juga ingin bertualang ke Selandia Baru dan Australia.